Thursday, June 25, 2015

Karakteristik Pribadi Seorang Muslim

Bismillah was shalatu was salamu ‘ala Rasulillah, amma ba’du, 

Pribadi muslim yang dikehendaki Al-Qur’an dan sunnah adalah pribadi yang saleh. Pribadi yang sikap, ucapan dan tindakannya terwarnai oleh nilai-nilai yang datang dari ALLAH SWT.

Persepsi atau gambaran masyarakat tentang pribadi muslim memang berbeda-beda. Bahkan banyak yang pemahamannya sempit sehingga seolah-olah pribadi muslim itu tercermin pada orang yang hanya rajin menjalankan Islam dari aspek ubudiyah-nya saja.
Padahal, itu hanyalah salah satu aspek saja dan masih banyak aspek lain yang harus melekat pada pribadi seorang muslim. Bila disederhanakan, setidaknya ada sepuluh karakter atau ciri khas yang mesti melekat pada pribadi muslim.

Dalam sebuah majelis, Rasulullah Sallallhu 'alaihi Wasallam pernah ditanya para sahabat. ''Ya Rasulullah, apa ciri-ciri pribadi Muslim?'' Rasulullah menjawab, ''Ciri-ciri Muslim itu, apabila dia melihat kamu, maka dia mendekat kepadamu, kemudian dia menyegerakan salam. Lalu kau lihat tampak pada wajahnya selalu tersenyum. Lalu, dia akan lebih awal menjulurkan tangannya untuk bersalaman. Kalau kau dekat dengan dia, kau mencium wanginya. Kalau kau bicara dengan dia perhatikan baik-baik, pasti dia mengajakmu selamat dunia akhirat. Mau berbicara tentang apa saja, pada akhirnya mengajak kamu selamat di akhirat. Kalau berurusan dengannya, dia permudah. Itulah ciri-ciri pribadi Muslim.'' (Muttafaq 'Alaih).

1. Memiliki aqidah yang bersih, yang merupakan sesuatu yang harus ada pada setiap muslim. Dengan aqidah yang bersih, seorang muslim akan memiliki ikatan yang kuat kepada ALLAH SWT. Dengan ikatan yang kuat itu dia tidak akan menyimpang dari jalan dan ketentuan-ketentuanNya.
Dengan kebersihan dan kemantapan aqidah, seorang muslim akan menyerahkan segala perbuatannya kepada ALLAH.
“Sesungguhnya shalatku, ibadahku, hidupku dan matiku, semua bagi ALLAH tuhan semesta alam” (QS. Al-An’aam :162).

Karena aqidah yang bersih merupakan sesuatu yang amat penting, maka pada masa awal da’wahnya kepada para sahabat di Mekkah, Rasulullah SAW mengutamakan pembinaan aqidah, iman dan tauhid.

2. Beribadah dengan benar, yaitu salah satu perintah Rasulullah SAW yang penting. Dalam suatu hadits, beliau bersabda:
“Shalatlah kamu sebagaimana melihat aku shalat”.
Dari ungkapan ini maka dapat disimpulkan bahwa dalam melaksanakan setiap peribadatan haruslah merujuk kepada sunnah Rasul SAW yang berarti tidak boleh ada unsur penambahan atau pengurangan.

3. Membuat akhlak yang kokoh, yang merupakan sikap dan perilaku yang harus dimiliki oleh setiap muslim, baik dalam hubungannya kepada ALLAH SWT maupun dengan makhluk-makhlukNya. Dengan akhlak yang mulia, manusia akan bahagia dalam hidupnya, baik di dunia apalagi di akhirat.
Rasulullah SAW diutus untuk memperbaiki akhlak dan beliau sendiri telah mencontohkan kepada kita akhlaknya yang agung sehingga diabadikan oleh ALLAH SWT di dalam Al Qur’an. 
“Dan sesungguhnya kamu benar-benar memiliki akhlak yang agung” (QS. Al-Qalam : 4).

4. Melatih kekuatan jasmani. Kekuatan jasmani berarti seorang muslim memiliki daya tahan tubuh sehingga dapat melaksanakan ajaran Islam secara optimal dengan fisiknya yang kuat. Shalat, puasa, zakat dan haji merupakan amalan di dalam Islam yang harus dilaksanakan dengan fisik yang sehat dan kuat. Apalagi berjihad di jalan ALLAH dan bentuk-bentuk perjuangan lainnya.
Karena itu, kesehatan jasmani harus mendapat perhatian seorang muslim dan pencegahan dari penyakit jauh lebih utama daripada pengobatan. Karena kekuatan jasmani juga termasuk hal yang penting, maka Rasulullah SAW bersabda yang artinya:
“Mukmin yang kuat lebih aku cintai daripada mukmin yang lemah. (HR. Muslim)

5. Intelek dalam berpikir, adalah salah satu sisi pribadi muslim yang juga penting. Karena itu salah satu sifat Rasul adalah fatonah (cerdas). Al Qur’an juga banyak mengungkap ayat-ayat yang merangsang manusia untuk berfikir, misalnya firman Allah yang artinya:
“Mereka bertanya kepadamu tentang khamar dan judi. Katakanlah: “pada keduanya itu terdapat dosa besar dan beberapa manfaat bagi manusia, tetapi dosa keduanya lebih besar dari manfaatnya”. Dan mereka bertanya kepadamu apa yang mereka nafkahkan. Katakanlah: “Yang lebih dari keperluan”. Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu supaya kamu berfikir” (QS. Al-Baqarah : 219)

Di dalam Islam, tidak ada satupun perbuatan yang harus kita lakukan, kecuali harus dimulai dengan aktifitas berfikir. Karenanya seorang muslim harus memiliki wawasan keislaman dan keilmuan yang luas.
ALLAH SWT berfirman yang artinya:
Katakanlah: “samakah orang yang mengetahui dengan orang yang tidak mengetahui?”‘, sesungguhnya orang-orang yang berakallah yang dapat menerima pelajaran”. (QS. Az-Zumar : 9)

6. Berusaha melawan hawa nafsu, juga merupakan salah satu kepribadian yang harus ada pada diri seorang muslim karena setiap manusia memiliki kecenderungan pada yang baik dan yang buruk. Melaksanakan kecenderungan pada yang baik dan menghindari yang buruk amat menuntut adanya kesungguhan.
Kesungguhan itu akan ada manakala seseorang berjuang dalam melawan hawa nafsu. Hawa nafsu yang ada pada setiap diri manusia harus diupayakan tunduk pada ajaran Islam. Rasulullah SAW bersabda yang artinya:
“Tidak beriman seseorang dari kamu sehingga ia menjadikan hawa nafsunya mengikuti apa yang aku bawa (ajaran Islam)” (HR. Hakim)

7. Dapat memanajemen waktu, merupakan faktor penting bagi manusia. Hal ini karena waktu mendapat perhatian yang begitu besar dari ALLAH dan Rasul-Nya. ALLAH SWT banyak bersumpah di dalam Al Qur’an dengan menyebut nama waktu seperti wal fajri, wad dhuha, wal asri, wallaili dan seterusnya.
ALLAH SWT memberikan waktu kepada manusia dalam jumlah yang sama, yakni 24 jam sehari semalam. Dari waktu yang 24 jam itu, ada manusia yang beruntung dan tak sedikit manusia yang rugi.
Oleh karena itu setiap muslim amat dituntut untuk pandai mengelola waktunya dengan baik sehingga waktu berlalu dengan penggunaan yang efektif, tak ada yang sia-sia. Maka diantara yang disinggung oleh Nabi SAW adalah memanfaatkan momentum lima perkara sebelum datang lima perkara, yakni waktu hidup sebelum mati, sehat sebelum datang sakit,muda sebelum tua, senggang sebelum sibuk dan kaya sebelum miskin.

8. Teratur dalam suatu urusan, termasuk kepribadian seorang muslim yang ditekankan oleh Al Qur’an maupun sunnah. Oleh karena itu dalam hukum Islam, baik yang terkait dengan masalah ubudiyah maupun muamalah harus diselesaikan dan dilaksanakan dengan baik. Ketika suatu urusan ditangani secara bersama-sama, maka diharuskan bekerjasama dengan baik sehingga ALLAH menjadi cinta kepadanya.
Dengan kata lain, suatu urusan mesti dikerjakan secara profesional. Apapun yang dikerjakan, profesionalisme selalu diperhatikan. Bersungguh-sungguh, bersemangat, berkorban, berkelanjutan dan berbasis ilmu pengetahuan merupakan hal-hal yang mesti mendapat perhatian serius dalam penunaian tugas-tugas.

9. Mandiri, merupakan ciri lain yang harus ada pada diri seorang muslim. Ini merupakan sesuatu yang amat diperlukan. Mempertahankan kebenaran dan berjuang menegakkannya baru bisa dilaksanakan manakala seseorang memiliki kemandirian terutama dari segi ekonomi. Tak sedikit seseorang mengorbankan prinsip yang telah dianutnya karena tidak memiliki kemandirian dari segi ekonomi.
Karena, pribadi muslim tidaklah mesti miskin, seorang muslim boleh saja kaya bahkan memang harus kaya agar dia bisa menunaikan ibadah haji dan umroh, zakat, infaq, shadaqah dan mempersiapkan masa depan yang baik. Oleh karena itu perintah mencari nafkah amat banyak di dalam Al Qur’an maupun hadits dan hal itu memiliki keutamaan yang sangat tinggi.
Dalam kaitan menciptakan kemandirian inilah seorang muslim amat dituntut memiliki keahlian apa saja yang baik. Keahliannya itu menjadi sebab baginya mendapat rizki dari ALLAH SWT. Rezeki yang telah ALLAH sediakan harus diambil dan untuk mengambilnya diperlukan skill atau keterampilan.

10. Berguna bagi orang lain, merupakan sebuah tuntutan kepada setiap muslim. Manfaat yang dimaksud tentu saja manfaat yang baik sehingga dimanapun dia berada, orang disekitarnya merasakan keberadaan. Jangan sampai keberadaan seorang muslim tidak menggenapkan dan ketiadaannya tidak mengganjilkan.
Ini berarti setiap muslim itu harus selalu berfikir, mempersiapkan dirinya dan berupaya semaksimal untuk bisa bermanfaat dan mengambil peran yang baik dalam masyarakatnya. Dalam kaitan ini, Rasulullah SAW bersabda yang artinya:
“Sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi orang lain” (HR. Qudhy dari Jabir)

Demikian secara umum profil seorang muslim yang disebutkan dalam Al Qur’an dan Hadits. Sesuatu yang perlu kita standarisasikan pada diri kita masing-masing. Wallahu A’lam.

Dikutip dari : Pusat Al-Qur’an dan direvisi oleh Topik Islam

Penjelasan Shalat Jamak dan Qashar serta Aturannya



Bismillah was shalatu was salamu ‘ala Rasulillah, amma ba’du,

Kami akan membahas tentang pengertian shalat jamak dan qashar,
Jamak secara bahasa berarti 'mengumpulkan', sedangkan secara istilah adalah mengumpulkan dua shalat fardhu yang dikerjakan dalam satu waktu dan dikerjakan secara berturut-turut.

Qashar secara bahasa berarti 'meringkas/memendekkan', sedangkan secara istilah adalah mengumpulkan dua shalat fardhu yang dikerjakan dalam satu waktu dan dikerjakan secara berturut-turut dengan aturan tertentu.

Namun, shalat ini memiliki persyaratan yang jika sudah dilakukan hukumnya menjadi mubah (boleh),
Rasulullah apabila ia bepergian sebelum matahari tergelincir, maka ia mengakhirkan salat duhur sampai waktu asar, kemudian ia berhenti lalu menjamak antara dua salat tersebut, tetapi apabila matahari telah tergelincir (sudah masuk waktu duhur) sebelum ia pergi, maka ia melakukan salat duhur (dahulu) kemudian beliau naik kendaraan (berangkat)," (HR. Bukhari dan Muslim).

Dari hadist di atas dapat disimpulkan bahwa Rasulullah pernah menjamak salat karena ada suatu sebab yaitu bepergian. Hal menunjukkan bahwa menggabungkan dua salat diperbolehkan dalam Islam namun harus ada sebab tertentu.

Salat jamak boleh dilaksanakan karena beberapa halangan yaitu,

  • Dalam perjalanan jauh, minimal 81 km ( menurut kesepakatan sebagian besar imam madzhab ).
  • Perjalanan itu tidak bertujuan untuk maksiat.
  • Dalam keadaan sangat ketakukan atau khawatir misalnya perang, sakit, hujan lebat, angin topan dan bencana alam.

Salat fardu dalam sehari semalam yang boleh dijamak adalah pasangan. 
Shalat Dzuhur dengan Ashar dan Shalat Maghrib dengan ‘Isya. Sedangkan Shalat Shubuh tidak boleh dijamak. Demikian pula orang tidak boleh menjamak Shalat Ashar dengan Maghrib.

Salat jamak dapat dilaksanakan dengan dua cara, yaitu,

  1. Jamak Takdim (jamak yang didahulukan), yakni menjamak dua salat yang dilaksanakan pada waktu yang pertama. Misalnya menjamak Shalat Dzuhur dengan Ashar, dikerjakan pada waktu duhur ( 4 rakaat Shalat Dzuhur dan 4 rakaat Shalat Ashar) atau menjamak salat Maghrib dengan ‘Isya dilaksanakan pada waktu Maghrib (3 rakaat Shalat Maghribdan 4 rakaat Shalat 'Isya).
  2. Jamak Ta’khir (jamak yang diakhirkan), yakni menjamak dua salat yang dilaksanakan pada waktu yang kedua. Misalnya menjamak Shalat Dzuhur dengan Ashar, dikerjakan pada waktu Ashar atau menjamak shalat Maghrib dengan ‘Isya dilaksanakan pada waktu ‘Isya.

Dalilnya menqashar yaitu,

وإذا ضربتم في الأرض فليس عليكم جناح أن تقصروا من الصلاة إن خفتم أن يفتنكم الذين كفروا

"Dan apabila kamu bepergian di muka bumi, maka tidaklah mengapa kamu men-qashar sembahyang(mu), jika kamu takut diserang orang-orang kafir. Sesungguhnya orang-orang kafir itu adalah musuh yang nyata bagimu. " (QS. An-Nisa' : 101)

أن ابن عمر وابن عباس رضي الله عنهم، كانا يقْصُران ويُفْطران في أربعة بُرُد، وهي ستة عشر فرسخاً

"Bahwa Ibnu Umar dan Ibnu Abbas keduanya mengqashar shalat dan tidak puasa Ramadan pada jarak perjalanan empat burud yaitu 16 farsakh." (HR. Bukhari) 

Ada beberapa syarat yang harus dipenuhi bagi musafir untuk dapat melakukan shalat qashar, hampir sama dengan jamak, yaitu,

  • Jarak perjalanan mencapai 48 mil atau sekitar 78 km. 
  • Niat safar. Maksudnya, harus ada niat yang jelas kemana arah perjalanan yang dituju.
  • Perjalanan yang dibolehkan. Bukan perjalanan dosa (maksiat). Orang yang bepergian dengan niat hendak mencuri, atau berzina, tidak boleh mengqashar shalat.

NIAT SHALAT JAMAK DAN QASHAR
Seorang musafir dan melakukan shalat dengan niat Qashar dan Jamak sekaligus. Itu artinya, dua shalat dikumpulkan dalam satu waktu, sekaligus rokaatnya disingkat untuk yang asalnya empat rakaat seperti dzuhur, ashar dan isya.
Adapun niatnya sebagai berikut:
- Niat shalat qashar dan jamak taqdim: أصلي فرض الظهر جمع تقديم بالعصر قصرا ركعتين لله تعالي
- Niat shalat qashar dan jamak ta'khir: أصلي فرض الظهر جمع تأخير بالعصر قصرا ركعتين لله تعالي

Catatan: 
- Ganti kata Dzuhur dan Ashar dengan Maghrib dan Isya sesuai keperluan.
- Kalau berjamaah, anda harus menambah kata "makmuman" atau "imaman" sesuai posisi anda.
Demikian, semoga dapat bermanfaat bagi semua umat muslimin semua.

(*Topik Islam, www.topik-islam.blogspot.com)

Pentingnya Kita Bersyukur beserta Balasannya


Bismillah was shalatu was salamu ‘ala Rasulillah, amma ba’du,
Alhamdulillah Wassholatu was salam wa 'ala asyrofil anbiyaa'i wal mursalin, wa 'ala alihi wa shohbihi ajma'iin.

Pada kesempatan kali ini, kami akan membahas betapa pentingnya syukur itu. Syukur merupakan suatu pengabdian kita pada tuhan kita yang Maha Agung, Allah SWT. Sekarang sudah banyak orang yang tidak memikirkan syukur. Seperti, memiliki harta namun enggan ber-shodaqoh.

Al Quran secara tegas menyatakan bahwa manfaat bersyukur adalah untuk manusia itu sendiri. 
Dan sesungguhnya telah Kami berikan hikmah kepada Luqman, yaitu: Bersyukurlah kepada Allah. Dan barangsiapa yang bersyukur, maka sesungguhnya ia bersyukur untuk dirinya sendiri, dan barangsiapa yang tidak bersyukur, maka sesungguhnya Allah Maha Kaya lagi Maha Terpuji.” (QS. Al Luqman : 31).

Ayo, bangkitkan rasa syukur kita. Bagaimana dengan saudara kita di Palestina? Tidak sempat untuk bersenang-senang dan ada yang berlatih berperang walaupun berusia masih kecil... Bagaimana dengan yang di Suria? Baru ingin mengaji, sudah di-bom.
Lalu, bagaimana dengan kita yang masih dapat facebook-an sampai lupa waktu, malas-malasan hingga main game

Kita seharusnya janganlah mengingat Allah di kala sedih saja, namun bersyukurlah sewaktu senang maupun sedih. Perlu diketahui, semakin banyak kita bersyukur, semakin bertambah pula rezeki dan rahmat yang Allah SWT berikan pada kita.
Sebagai manusia, kita diciptakan oleh Allah untuk beribadah pada-Nya. Beribadah itulah wujud syukur kita kepada Allah. 
Kita tidak dapat membandingkan nikmat-Nya dengan apapun. Sampai seorang professor yang pakar-pun tidak dapat menghitung nikmat-nikmat Allah karena saking banyaknya atau tidak terhingga. 

Seperti nikmat islam, iman, sehat, hidup, dan lainnya. Manfaat bersyukur, diantaranya sebagai berikut,

a.   Allah SWT akan menambah nikmat-Nya.
Janji Allah bahwa Dia akan menambah nikmat yang telah diberikan jika kita mensyukurinya. 
Dan (ingatlah juga), tatkala Tuhanmu memaklumkan; “Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih.” (QS. Ibrahim : 7)

b.   Allah SWT tidak menyiksa hamba yang bersyukur dan beriman.
Jika seorang hamba adalah orang beriman dan selalu bersyukur maka Allah Swt tidak akan menyiksa hamba itu. Bahkan, Allah Swt memberi pahala atas amal-amalnya, menambahkan nikmat-Nya, dan memaafkan kesalahannya. 
Mengapa Allah akan menyiksamu, jika kamu bersyukur dan beriman? Dan Allah Swt adalah Maha Mensyukuri lagi Maha Mengetahui.” (QS. An-Nisa : 147)

c.   Manfaat bersyukur kembali pada diri sendiri.
Sejatinya orang bersyukur akan merasakan manfaatnya bagi dirinya sendiri, berupa ketenangan, kedamaian, kebahagiaan hidup. Jika kita tahu bahwa balasannya adalah untuk kita sendiri tentu sepanjang hidup kita akan selalu bersyukur. 
“Dan sesungguhnya telah Kami berikan hikmah kepada Luqman, yaitu: ‘Bersyukurlah kepada Allah, dan barang siapa yang bersyukur (kepada Allah), maka sesungguhnya ia bersyukur untuk dirinya sendiri; dan barang siapa yang tidak bersyukur, maka sesungguhnya Allah Maha Kaya lagi Maha Terpuji.” (QS. Luqman : 12)

d.   Bersyukur dapat melestarikan nikmat.
Dengan bersyukur, Allah Swt akan melestarikan nikmat tersebut kepada hamba-Nya dan tidak mencabut nikmat terebut darinya. 
Sebagaimana sabda Rasulullah Saw: 
Bersyukur atas nikmat Allah Swt akan melestarikan nikmat tersebut.” (HR. ad-Dailami)

(siksaan) yang demikian itu adalah karena sesungguhnya Allah Swt sekali-kali tidak akan mengubah sesuatu nikmat yang telah dianugerahkan-Nya kepada suatu kaum, hingga kaum itu mengubah apa-apa yang ada pada diri mereka sendiri, dan sesungguhnya Allah Swt Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.” (QS. Al-Anfaal : 53)

e.   Memiliki derajat yang sama dengan orang puasa.
Rasulullah Saw bersabda, 
Orang yang makan dan pandai bersyukur sama derajatnya dengan orang puasa yang sabar.” (HR. Tirmidzi)

f.    Balasan bersyukur adalah mendapat nikmat.
“Sebagai nikmat dari Kami. Demikianlah kami memberi balasan kepada orang-orang yang bersyukur.” (QS. Al-Qamar : 35)

g.   Allah Swt memperlihatkan tanda kebesaran-Nya bagi hamba yang bersyukur.
Dan tanah yang baik, tanaman-tanamannya tumbuh subur dengan seizin Allah; dan tanah yang tidak subur, tanaman-tanamannya hanya tumbuh merana. Demikianlah Kami mengulangi tanda-tanda kebesaran (Kami) bagi orang-orang yang bersyukur.” (QS. Al-A’raaf : 58)

h.   Allah SWT pasti memberi balasan orang yang bersyukur.
Orang yang bersyukur pasti akan mendapatkan balasan dari Allah Swt, baik di dunia maupun di akhirat. 
Sesuatu yang bernyawa tidak akan mati melainkan dengan izin Allah, sebagai ketetapan yang telah ditentukan waktunya. Barang siapa menghendaki pahala dunia, niscaya Kami berikan kepadanya pahala dunia itu, dan barang siapa menghendaki pahala akhirat, Kami berikan (pula) kepadanya pahala akhirat itu. Dan Kami akan memberi balasan kepada orang-orang yang bersyukur." (QS. Ali Imran : 145)


Ingat-ingatlah berapa dosa-dosa yang telah kita perbuat? Banyak sekali! Seperti melihat aurat, merugikan orang lain, menunda shalat. Mari kita bertaubat atas kesalahan-kesalahan yang telah kita perbuat dan tunjukkan bukti-bukti syukur kita kepada Allah dengan beribadah pada-Nya dengan bersungguh-sungguh.

(*Artikel Islami, www.artikelislami-ai.blogspot.com)

Wajibnya Menuntut Ilmu


Bismillah was shalatu was salamu ‘ala Rasulillah, amma ba’du,
Alhamdulillahi robbil 'aalamin... Puji Syukur ke Hadirat Allah SWT dan junjungan kita Nabi Muhammad SAW.

Saudara Muslimin, perlu diketahui bahwasanya kita semua wajib menuntut ilmu. Kita dapat mencari ilmu dari berbagai sumber, seperti buku, koran, majalah, dan sebagainya. Seiring dengan perkembangan teknologi, mencari ilmu-pun dapat diambil melalui internet seperti yang Saudara lakukan sekarang, yaitu membaca artikel ini. Ini mungkin lanjutan dari Lihat : Guna Menuntut Ilmu dan Keutamaannya ini.

Sebagian dari kita mungkin menganggap bahwa ilmu itu boleh ditinggalkan juga, padahal ilmu itu wajib bagi setiap muslim. Perintah berilmu di antaranya dalam Al-Qur'an dan Hadits adalah,

طَلَبُ الْعِلْمِ فَرِيضَةٌ عَلَى كُلِّ مُسْلِمٍ

Menuntut ilmu itu wajib atas setiap muslim”. (HR. Ibnu Majah. Dinilai shahih oleh Syaikh Albani dalam Shahih wa Dha’if Sunan Ibnu Majah no. 224)

Sebagai contoh, berkaitan dengan firman Allah Ta’ala,

وَقُلْ رَبِّ زِدْنِي عِلْمًا

Dan katakanlah,‘Wahai Rabb-ku, tambahkanlah kepadaku ilmu’“. (QS. Thaaha : 114)

Maka Ibnu Hajar Al-Asqalani rahimahullah berkata,

( وَقَوْله عَزَّ وَجَلَّ : رَبّ زِدْنِي عِلْمًا ) وَاضِح الدَّلَالَة فِي فَضْل الْعِلْم ؛ لِأَنَّ اللَّه تَعَالَى لَمْ يَأْمُر 

نَبِيّه صَلَّى اللَّه عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بِطَلَبِ الِازْدِيَاد مِنْ شَيْء إِلَّا مِنْ الْعِلْم ، وَالْمُرَاد بِالْعِلْمِ الْعِلْم 

الشَّرْعِيّ الَّذِي يُفِيد مَعْرِفَة مَا يَجِب عَلَى الْمُكَلَّف مِنْ أَمْر عِبَادَاته وَمُعَامَلَاته ، وَالْعِلْم بِاَللَّهِ

 وَصِفَاته ، وَمَا يَجِب لَهُ مِنْ الْقِيَام بِأَمْرِهِ ، وَتَنْزِيهه عَنْ النَّقَائِض

“Firman Allah Ta’ala (yang artinya),’Wahai Rabb-ku, tambahkanlah kepadaku ilmu’ mengandung dalil yang tegas tentang keutamaan ilmu. Karena sesungguhnya Allah Ta’ala tidaklah memerintahkan Nabi-Nya shallallahu ‘alaihi wa sallam untuk meminta tambahan sesuatu kecuali (tambahan) ilmu. Adapun yang dimaksud dengan (kata) ilmu di sini adalah ilmu syar’i. Yaitu ilmu yang akan menjadikan seorang mukallaf mengetahui kewajibannya berupa masalah-masalah ibadah dan muamalah, juga ilmu tentang Allah dan sifat-sifatNya, hak apa saja yang harus dia tunaikan dalam beribadah kepada-Nya, dan mensucikan-Nya dari berbagai kekurangan”. (Fathul Baari, 1/92)

Ilmu Apa Saja yang Wajib Kita Pelajari?
Setelah kita mengetahui bahwa hukum menuntut ilmu agama adalah wajib, maka apakah kita wajib mempelajari semua cabang ilmu dalam agama? Tidaklah demikian. Kita tidak diwajibkan untuk mempelajari semua cabang dalam ilmu agama, seperti ilmu jarh wa ta’dil sehingga kita mengetahui mana riwayat hadits yang bisa diterima dan mana yang tidak. 

Demikian pula, kita tidak diwajibkan untuk mempelajari rincian setiap pendapat dan perselisihan ulama di bidang ilmu fiqh. Meskipun bisa jadi ilmu semacam itu wajib dipelajari sebagian orang (fardhu kifayah), yaitu para ulama yang Allah Ta’ala berikan kemampuan dan kecerdasan untuk mempelajarinya demi menjaga kemurnian agama.

Ibnul Qoyyim rahimahullah telah menjelaskan ilmu apa saja yang wajib dipelajari oleh setiap muslim. Artinya, tidak boleh ada seorang muslim pun yang tidak mempelajarinya. Ilmu tersebut di antaranya:

Pertama, ilmu tentang pokok-pokok keimanan, yaitu keimanan kepada Allah Ta’ala, malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, rasul-rasul-Nya, dan hari akhir.

Kedua, ilmu tentang syariat-syariat Islam. Di antara yang wajib adalah ilmu tentang hal-hal yang khusus dilakukan sebagai seorang hamba seperti ilmu tentang wudhu, shalat, puasa, haji, zakat. Kita wajib untuk mempelajari hal-hal yang berkaitan dengan ibadah-ibadah tersebut, misalnya tentang syarat, rukun dan pembatalnya.

Ketiga, ilmu tentang lima hal yang diharamkan yang disepakati oleh para Rasul dan syariat sebelumnya. Kelima hal ini disebutkan dalam firman Allah Ta’ala,

ö قُلْ إِنَّمَا حَرَّمَ رَبِّيَ الْفَوَاحِشَ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ وَالْإِثْمَ وَالْبَغْيَ بِغَيْرِ الْحَقِّ وَأَنْ تُشْرِكُوا 

بِاللَّهِ مَا لَمْ يُنَزِّلْ بِهِ سُلْطَانًا وَأَنْ تَقُولُوا عَلَى اللَّهِ مَا لَا تَعْلَمُونَ

Katakanlah,’Tuhanku hanya mengharamkan perbuatan yang keji, baik yang tampak maupun yang tersembunyi, dan perbuatan dosa, melanggar hak manusia tanpa alasan yang benar, (mengharamkan) mempersekutukan Allah dengan sesuatu yang Allah tidak menurunkan hujjah untuk itu dan (mengharamkan) mengada-adakan terhadap Allah apa yang tidak kamu ketahui’”. (QS. Al-A’raf : 33)

Kelima hal ini adalah haram atas setiap orang pada setiap keadaan. Maka wajib bagi kita untuk mempelajari larangan-larangan Allah Ta’ala, seperti haramnya zina, riba, minum khamr, dan sebagainya, sehingga kita tidak melanggar larangan-larangan tersebut karena kebodohan kita.

Keempat, ilmu yang berkaitan dengan interaksi yang terjadi antara seseorang dengan orang lain secara khusus (misalnya istri, anak, dan keluarga dekatnya) atau dengan orang lain secara umum. Ilmu yang wajib menurut jenis yang ke empat ini berbeda-beda sesuai dengan perbedaan keadaan dan kedudukan seseorang. 

Misalnya, seorang pedagang wajib mempelajari hukum-hukum yang berkaitan dengan perdagangan atau transaksi jual-beli. Ilmu yang ke empat ini berbeda-beda sesuai dengan kondisi dan kebutuhan masing-masing. (Lihat Miftaah Daaris Sa’aadah, 1/156)

Dari penjelasan Ibnul Qoyyim rahimahullah di atas, jelaslah bahwa apa pun latar belakang pekerjaan dan profesi kita, wajib bagi kita untuk mempelajari ilmu-ilmu tersebut di atas. Menuntut ilmu agama tidak hanya diwajibkan kepada ustadz atau ulama. 

Demikian pula kewajiban berdakwah dan memberikan nasihat kepada kebaikan, tidak hanya dikhususkan bagi para ustadz atau para da’i. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

فَوَاللَّهِ لأَنْ يَهْدِىَ اللَّهُ بِكَ رَجُلاً خَيْرٌ لَكَ مِنْ أَنْ يَكُونَ لَكَ حُمْرُ النَّعَمِ

Demi Allah, jika Allah memberikan petunjuk kepada satu orang saja melalui perantaraanmu, itu lebih baik bagimu dibandingkan dengan unta merah (yaitu unta yang paling bagus dan paling mahal, pen.)”. (HR. Bukhari dan Muslim)
Dan tidak diragukan lagi, bahwa untuk berdakwah sangat membutuhkan dan harus disertai dengan ilmu. Ilmu juga merupakan jalan untuk berjihad yang bisa mengantarkan kita ke surga. Manfa'at ilmu tidak hanya untuk di dunia saja, di akhirat pun juga, karena adanya ilmu agama. 

(*Artikel Islami, www.artikelislami-ai.blogspot.com)

Do'a ketika Menghadapi Kesulitan


Bismillah was shalatu was salamu ‘ala Rasulillah, amma ba’du, 

Dalam menjalani kehidupan ini, sering kita dihadapkan pada kesulitan. Terkadang kesulitan itu amat berat sehingga membuat kita hampir putus asa. Namun, keimanan akan kuasa Allah Ta’ala yang tidak terhingga, menjadikan kita tetap bersabar dan memiliki harapan.

Sesungguhnya alam semesta berada di bawah kuasa dan kendali Allah Ta’ala. Semuanya patuh kepada ketetapan dan kehendak-Nya. Tidak ada yang bisa bergerak atau bertingkah laku kecuali dengan daya, kekuatan, kehendak, dan izin-Nya. Apa yang Dia kehendaki pasti terjadi. Sebaliknya, yang tidak dikehendaki-Nya tidak akan pernah terjadi.

Allah Mahakuasa melakukan apa saja. Dia mampu menjadikan segala kemudahan menjadi sesuatu yang sulit, juga sesuatu yang sulit menjadi mudah. Tidak ada yang susah bagi-Nya, karena Dia Mahakuasa atas segala-galanya. Karenanya ketika menghadapi kesulitan dan berbagai cobaan hidup kita tidak boleh putus asa. Masih ada Allah yang bisa kita minta dan mohon pertolongan-Nya. Maka kita diperintahkan untuk berdoa saat mengalami kesulitan,

اَللَّهُمَّ لا سَهْلَ إِلاَّ مَا جَعَلْتَهُ سَهْلاً وَ أَنْتَ تَجْعَلُ الْحَزْنَ إِذَا شِئْتَ سَهْلاً

Allaahumma Laa Sahla Illaa Maa Ja’altahu Sahlaa Wa Anta Taj’alul Hazna Idza Syi’ta Sahlaa
“Ya Allah, tidak ada kemudahan kecuali apa yang Engkau jadikan mudah. Dan apabila Engkau berkehendak, Engkau akan menjadikan kesusahan menjadi kemudahan.”

Apakah Doa ini Berasal dari Hadits?

Syaikh Muhammad bin Shalih rahimahullaah dalam salah satu fatwanya menyebutkan,

 ”Doa ini, aku tidak mengetahui asalnya (sumbernya) dari Assunnah, tapi itu banyak diucapkan oleh orang.” Pernyataan beliau serupa juga didapatkan dalam Kaset “Nuur ‘ala al-Darb” kaset no. 344 menit ke 22. Namun yang benar bahwa doa di atas berasal dari warisan Nabi shallallahu 'alaihi wasallam.
Diriwayatkan dari Anas bin Malik radhiyallahu 'anhu,  Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda,

اَللَّهُمَّ لا سَهْلَ إِلاَّ مَا جَعَلْتَهُ سَهْلاً وَ أَنْتَ تَجْعَلُ الْحَزْنَ إِذَا شِئْتَ سَهْلاً

 “Ya Allah, tidak ada kemudahan kecuali apa yang Engkau jadikan mudah. Dan apabila Engkau berkehendak, Engkau akan menjadikan kesusahan menjadi kemudahan.” (HR. Ibnu Hibban dalam Shahihnya no. 2427, Ibnu Sunni dalam Amal al-Yaum wa al-Lailah no. 351, Abu Nu’aim dalam Akhbar Ashfahan: 2/305, Imam Al-Ashbahani dalam al-Targhib: 1/131. Syaikh Al-Albani menshahihkannya dalam  Silsilah Shahihah 6/902, no. 2886 dan mengatakan, “Isnadnya shahih sesuai syarat Muslim.”)

Doa ini juga disebutkan oleh Pengarang Hisnul Muslim, DR. Sa’id bin Ali bin Wahf al-Qahthani, pada hal. 90 dengan judul, “Doa bagi siapa yang mendapatkan kesulitan.” Beliau menyebutkan bahwa Syaikh al-Arnauth menshahihkannya dalam Takhrij al-Adzkar lil Nawawi, hal. 106.

Maka kandungan doa ini:
Seseorang memohon kepada Allah agar memudahkan segala urusannya yang sulit dan memuji Allah 'Azza wa Jalla bahwa segala urusan ada di tangan-Nya, jika Dia berkehendak, kesulitan bisa menjadi mudah.
Di Samping Berdoa, Apa yang Bisa Dilakukan?

Allah Ta’ala berfirman,
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا اسْتَعِينُوا بِالصَّبْرِ وَالصَّلَاةِ

“Hai orang-orang yang beriman, mintalah pertolongan (kepada Allah) dengan sabar dan (mengerjakan) shalat.” (QS. Al-Baqarah: 153)

Allah Ta’ala menjelaskan bahwa cara terbaik untuk meminta pertolongan Allah dalam menghadapi berbagai musibah (di antaranya kesulitan dalam hidup) adalah dengan bersabar dan shalat.

Dan dalam sebuah hadits disebutkan bahwa Nabi shallallahu 'alaihi wasallam apabila dihadapkan pada suatu masalah maka beliau segera shalat. (HR. Abu Dawud dan Ahmad dari Hudzaifah bin Yaman)

Sedangkan sabar untuk dalam hal ayat ini ada dua macam, yaitu sabar dalam rangka meninggalkan berbagai perkara haram dan dosa; dan bersabar dalam menjalankan ketaatan dan ibadah. Dan bersabar bentuk yang kedua adalah lebih banyak pahalanya, dan itulah sabar yang lebih dekat maksudnya untuk mendapatkan kemudahan.


Sabar ada dua bentuk: bersabar untuk Allah dengan menjalankan apa yang Dia cintai walaupun berat bagi jiwa dan badan. Dan bersabar untuk Allah dari segala yang Dia benci walaupun keinginan nafsu menentangnya. (Abdurrahman bin Zaid bin Aslam)
Do'a lainnya,
Doa ketika ditimpa musibah dan kesusahan:
يَا حَيُّ يَا قَيُّومُ بِرَحْمَتِكَ أَسْتَغِيثُ

“Wahai Yang Maha Hidup Kekal, Yang terus menerus mengurus ( mahluk-Nya ), hanya dengan rahmat-Mu saja, saya meminta pertolongan.”

عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ قَالَ كَانَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا كَرَبَهُ أَمْرٌ قَالَ يَا حَيُّ يَا قَيُّومُ بِرَحْمَتِكَ أَسْتَغِيثُ

Dari Anas bin Malik berkata, “Adalah Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam, apabila menghadapi suatu masalah, beliau berdoa,”Wahai Yang Maha Hidup Kekal, Yang terus menerus mengurus ( mahluk-Nya ), hanya dengan rahmat-Mu saja, saya meminta pertolongan.” (HR. al-Tirmidzi no. 3524. Dihassankan oleh Al-Albani dalam Silsilah Shahihah, no. 3182)

Rasulullah adalah manusia paling tahu dengan doa yang pas dan paling bermanfaat. Dan hendaknya juga memilih doa-doa yang shahih saja, karena ada beberapa riwayat yang menyebutkan atau berisi permohonan kemudahan namun dhaif. Karenanya, penting bagi kita mencatat dan menghafal doa-doa yang diajarkan oleh Nabi shallallahu 'alaihi wasallam baik yang bersifat umum atau terikat dengan waktu dan tempat. Walaupun tidak ada larangan untuk berdoa dengan kalimat dan bahasa apapun, karena Allah Mahatahu terhadap apa yang disampaikan hamba-Nya. 

Wallahu Ta’ala a’lam.

Dinukil dari : Voa-Islam

Penyakit Hati yang Harus Diwaspadai


Bismillah was shalatu was salamu ‘ala Rasulillah, amma ba’du,

Sekarang sudah banyak menyebar infeksi penyakit hati ini. Yang dimaksud bukan penyakit berbahaya seperti penyakit jantung... Namun penyakit yang bisa membahayakan diri kita dan iman kita..

Penyakit-penyakit tersebut adalah,
Pertama, Kebimbangan atau Keraguan
Bila seseorang mempunyai rasa bimbang dalam kehidupannya niscaya dia akan banyak mengalami kegagalan-kegagalan dalam meraih cita-citanya. Sebuah Negara bila mempunyai seorang pemimpin yang “bimbang” niscaya Negara terbut tidak akan maju, bahkan bisa jadi bahan permainan bangsa lain karena sifat bimbang pemimpinnya dalam menentukan kebijakannya.

Kedua, Ingin dipuji oleh manusia dalam per­buatan kebaikan (riya')
Berbuat baik baik dengan tujuan semata hanya ingin dipuji oleh orang lain adalah sebuah perbuatan yang hina, betapa tidak terkadang suatu ketika dia berbuat baik namun tidak mendapat pujian atas perbuatannya maka dia akan mengungkit-ungkit segala kebaikannya tersebut. Kasus-kasus semacam ini dapat kita lihat pada masa-masa pemilu yang lalu, dimana ada seorang caleg yang gagal lolos terpilih menjadi anggota DPR mengambil kembali segala bentuk kebaikannya yang berupa bangunan-bangunan. Seorang pemimpin suatu Negara bila mempunyai sifat semacam ini akan cenderung “tebar pesona “daripada benar-benar bekerja untuk rakyatnya.

Ketiga, Angkuh terhadap sesama manusia
Angkuh dan sombong dalam berbicara dan berperilaku adalah perbuatan yang akan merugikan dirinya sendiri, musuhnya lebih banyak daripada teman-teman yang menyukainya.

Keempat, Kikir Pelit
Letak keadilan Allah adalah adanya seseorang yang berhasil dan sukses dalam mengumpulkan harta dan adapula yang gagal dalam mengumpulkan harta. Dengan kesuksesan seseorang tersebut diwajibkan untuk membagikan sebagaian kekayaannya kepada orang miskin sebagai wujud kehidupan bermasyarakat yang benar sesuai kehendak Allah SWT.

Kelima, Iri hati dan dengki
Orang yang iri hati akan cenderung tidak tenteram hatinya, karena setiap harinya selalu diisi dengan rasa benci terhadap keberhasilan orang lain yang tidak dia dapatkan. Sifat iri dan dengki ini juga bisa berakibat fatal bagi masyarakat umum karena akan timbul saling fitnah antar sesama.

Keenam, Curang
Perbuatan curang merupakan perbuatan yang akan mengakibatkan seseorang berbuat korupsi baik dari sekala kecil hingga sekala besar. Kecurangan seorang pedagang yang mengurangi jumlah barang dagangannya dengan mensiasati timbangan, kecurangan seorang pejabat yang memark-up sebuah proyek pemerintah sehingga uang masuk sakunya dan lain-lain.

Ketujuh, Cinta akan dunia dan sangat ingin mem­pertahankannya
Allah tidak melarang umatnya hidup kaya raya, namun Allah melarang hidup berlebihan dan terlalu cinta dunia. Orang yang cinta dunia sifat sosial kemasyarakatannya cenderung akan berkurang karena merasa harta dunia adalah segala-galanya. Sehingga tidak sadar suatu sa’at dia meninggalkan hartanya atau hartanya yang meninggalkan dia untuk selamanya.

Kedelapan, Panjang angan-angan
Panjang angan-angan akan menyebabkan seseoran menjadi malas dan juga menyebabkan selalu menunda tobat. Perbuatan judi, mengadu nasib lewat undian adalah salah satu perbuatan orang yang panjang angan-angan, dia berharap dengan judi bisa menjadi kaya mendadak tanpa harus bekerja keras. Itulah coretan dihari jumat ini, semoga kita semua terbebas dari sebuah penyakit yang amat berbahaya bagi kehidupan kita.

Jika kita pernah memiliki penyakit-penyakit di atas, maka obatilah dengan taubat yang sungguh-sungguh. Sesungguhnya Allah Maha Pengampun.

Wednesday, June 24, 2015

Rahasia Sukses Dunia dan Akhirat dalam Islam


Bismillah was shalatu was salamu ‘ala Rasulillah, amma ba’du,

Saudara-saudara muslimin, 
Ingin tahu cara agar sukses dunia akhirat? Jangan tahu saja, juga dilakukan seharusnya.

Sebenarnya apa itu sukses? 
Sukses yaitu sebuah pencapaian dimana kita mendapatkan target kita.
Mari kita buka rahasianya,

Pertama, Niatlah dengan Sungguh-sungguh

Rasulullah saw bersabda,
"Dari Amirul Mu'minin, Abi Hafs Umar bin Khottob radhiallahuanhu, dia berkata, Saya mendengar Rasulullah bersabda, 'Dan sesungguhnya setiap perbuatan tergantung pada niatnya. Dan sesungguhnya setiap orang (akan dibalas) sesuai apa yang diniatkan.'" 
(HR Bukhari dan Muslim)

Kedua, Carilah Ilmu dan Milikilah

Imam Syafi'i berkata,
"Barangsiapa yang ingin sukses dunia, hendaklah diraihnya dengan ilmu dan barangsiapa yang ingin sukses akhirat, hendaklah diraihnya dengan ilmu."

"Dan sesungguhnya keutamaan orang yang berilmu atas orang yang ahli ibadah sepeti keutamaan cahaya bulan purnama atas seluruh cahaya bintang." (HR Ahmad, Tirmidzi, Abu Dawud dan Ibnu Majjah)

Ketiga, Do'akanlah Saudara

Mari mendo'akan saudara kita, dengan demikian, Insya' Allah kita akan mendapatkan apa yang kita do'akan padanya.

Dari Abu Darda, bahwa ia mendengar Rasulullah saw bersabda,
"Tiada seorang muslim yang mendo'akan saudaranya tanpa sepengetahuan saudaranya, kecuali malaikat berkata, 'Dan untuk kamu pula seperti itu.'" (HR Muslim)

Keempat, Berubahlah


Allah yang menentukan, namun perintah Allah juga agar kita mau mengubah diri sendiri. Maka, jika Anda ingin meraih apa yang Anda inginkan atau mengubah kondisi Anda, maka berubahlah.
"Allah tidak akan mengubah nasib suatu kaum sampai kaum itu sendiri yang mengubah nasib atau keadaan yang ada pada dirinya" (QS Ar-Ra'd : 11)
Kelima, Silaturahim
"Barang siapa yang ingin diluaskan rezekinya atau dikenang bekasnya (perjuangan atau jasanya), maka hendaklah ia menghubungkan silaturahim." (HR Muslim)
"Barang siapa yang senang dipanjangkan umurnya, diluaskan rezekinya, dan dijauhkan dari kematian yang buruk, maka hendaklah bertakwa kepada Allah dan menyambung silaturahmi" (HR Imam Bazar, Imam Hakim)

Keenam, Berdo'alah


"Dan apabila hamba-hamba Ku bertanya kepadamu tentang Aku, maka jawablah bahwasanya Aku dekat. Aku mengabulkan doa orang-orang yang memohon kepada-Ku. Maka bermohonlah kepada-Ku dan berimanlah kepada-Ku agar mereka selalu berada dalam kebenaran." (Q.S Al-Baqarah : 186)
Hadits dari Imam Tirmidzi dan Hakim, diriwayatkan dari Abdullah bin Umar, bahwa Nabi saw bersabda,
“Barangsiapa hatinya terbuka untuk berdo’a, maka pintu-pintu rahmat akan dibukakan untuknya. Tidak ada permohonan yang lebih disenangi oleh Allah daripada permohonan orang yang meminta keselamatan. Sesungguhnya do’a bermanfa’at bagi sesuatu yang sedang terjadi dan yang belum terjadi. Dan tidak ada yang bisa menolak taqdir kecuali do’a, maka berpeganglah wahai hamba Allah pada do’a." (HR Tirmidzi dan Hakim)


Ketujuh, Bertawakkal

Dari Umar bin Khoththob radhiyallahu anhu, bahwa Nabi saw bersabda,
"Jika kalian bertawakal kepada Allah dengan sebenar-sebenarnya tawakkal, niscaya Dia akan memberikan rezeki kepada kalian sebagaimana Dia memberikan rezeki kepada seekor burung yang pergi pada pagi hari dalam keadaan lapar dan kembali pada sore hari dalam keadaan kenyang" (HR Tirmidzi)

Kedelapan, Shodaqoh


"Perumpamaan (nafkah yang dikeluarkan oleh) orang-orang yang menafkahkan hartanya di jalan Allah adalah serupa dengan sebutir benih yang menumbuhkan tujuh bulir, pada tiap-tiap bulir: seratus biji. Allah melipat gandakan (ganjaran) bagi siapa yang Dia kehendaki. Dan Allah Maha Luas (karunia-Nya) lagi Maha Mengetahui." (QS. Al Baqarah : 261)

Kesembilan, Bersyukurlah


"Jika kamu bersyukur pasti akan aku tambah (nikmat-Ku) untukmu dan jika kamu kufur maka sesungguhnya siksa-Ku amat pedih." (QS Ibrahim : 7)

Kesepuluh, Bertakwalah

"Barangsiapa bertakwa kepada Allah niscaya Dia akan mengadakan baginya jalan keluar. Dan memberinya rezki dari arah yang tiada disangka-sangkanya. Dan barangsiapa yang bertawakkal kepada Allah niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan)nya. Sesungguhnya Allah melaksanakan urusan yang (dikehendaki)Nya. Sesungguhnya Allah telah mengadakan ketentuan bagi tiap-tiap sesuatu." (QS. Ath Thalaaq : 2-3)


Kiat-kiat Sukses dalam Islam ini hanya sebagian dari cara sukses yang ada di dalam Al Quran dan hadits. Jika diteliti lagi, akan sangat banyak yang menjadikan kita menjadi manusia sukses. Sukses seutuhnya, bukan hanya sukses di dunia, tetapi juga di akhirat.


Dikutip dari : Motivasi Islami




Do'a Berbuka Puasa yang Shahih dan yang Dha'if


Bismillah was shalatu was salamu ‘ala Rasulillah, amma ba’du,
Alhamdulillah, segala puji bagi Allah. Shalawat dan salam atas Rasulullah, keluarga dan para sahabatnya.

Saat berbuka puasa merupakan saat yang membahagiakan bagi shaimin. Haus dan dahaga terobati dengan hidangan berbuka. Namun, di tengah kesenangan itu janganlah lupa akan tuntunan dalam menyantap hidangan berbuka, yaitu dzikir atau doa.

Do'a Yang Shahih

Saat akan menyantap hidangan berbuka hendaknya membaca basmalah (bismillah):

بِسْمِ اللَّهِ

"Dengan menyebut nama Allah"

Dzikir di atas didasarkan pada hadits Umar bin Abi Salamah yang berkata bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam telah bersabda kepadanya:

يَا غُلَامُ سَمِّ اللَّهَ وَكُلْ بِيَمِينِكَ وَكُلْ مِمَّا يَلِيكَ

"Wahai anakku, sebutlah nama Allah, makanlah dengan tangan kananmu, dan makanlah makanan yang berada di dekatmu." (HR Bukhari no. 4957 dan Muslim no. 3767 dari Maktabah Syamilah)

Dan juga hadits Aisyah radliyallah 'anha, bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:
إِذَا أَكَلَ أَحَدُكُمْ طَعَامًا فَلْيَقُلْ بِسْمِ اللَّهِ

"Apabila seorang kalian ingin makan, hendaknya dia membaca "bismillah"." (HR. al Tirmidzi dan Ahmad. Dishahihkan oleh Syaikh al Albani dalam Shahih Sunan At-Tirmidzi no. 1513)

Dan jika dahaga telah hilang, keringnya tenggorokan telah basah dengan air, dan terasa nikmatnya berbuka, baru berdoa:

ذَهَبَ الظَّمَأُ وَابْتَلَّتْ الْعُرُوقُ وَثَبَتَ الْأَجْرُ إِنْ شَاءَ اللَّهُ

'Dzahaba Dzoma’u Wabtallatil ‘Uruuqu Wa Tsabatal Ajru Insya Allah'
"Telah hilang rasa dahaga, dan dan telah basah kerongkongan, serta telah tetap pahala insya Allah."

Ibnu 'Umar Radhiyallahu 'Anhuma menuturkan,

كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا أَفْطَرَ قَالَ ذَهَبَ الظَّمَأُ وَابْتَلَّتْ الْعُرُوقُ وَثَبَتَ الْأَجْرُ

 إِنْ شَاءَ اللَّهُ

"Adalah Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam apabila berbuka beliau berdoa Dzahaba Dzoma’u Wabtallatil ‘Uruuqu Wa Tsabatal Ajru Insya Allah." (HR. Abu Dawud no. 2357, al-Daruquthni, no. 2242. Syaikh Al-Albani dalam Shahih Abi Dawud, no. 2066 menghukuminya sebagai hadits hasan, al-Imam al-Daruquthni mengatakan: Isnadnya hasan, Al-Hakim mengatakan: Ini hadits shahih, dan Al-Hafidz Ibnul Hajar mengatakan: Ini hadits hasan)


Do'a Yang Dha'if

Doa khusus lainnya yang dibaca saat berbuka antara lain,

اللَّهُمَّ لَكَ صُمْتُ وَعَلَى رِزْقِكَ أَفْطَرْتُ

"Ya Allah untuk-Mu aku berpuasa, dan atas Rizki-Mu aku berbuka." (HR. Abu Dawud dari Mu'adz bin Zuhrah, no. 2011 dari Maktabah Syamilah. Ibnu Sunni juga mengeluarkannya dalam kitabnya “Amalul Yaumi wal Lailah” dari Ibnu Abbas radhiallahu anhu no:481, dan Abu Dawud no: 2358 dan dalam sanadnya ada Abdul Malik bin Harun bin Antarah dilemahkan oleh Imam Ahmad dan Ad-Daruquthni. 

Dan beliau berkata: Yahya berkata: demikianlah dia. Abu Hatim berkata: dia matruk (ditinggalkan). Ibnu Qayyim berkata dalam Zadul Ma’ad 2/51: hadits ini tidak benar.
Memang ada sebagian ulama yang menghukuminya sebagai hadits hasan. Namun yang lebih kuat hadits ini berstatus mursal dan berstatus dhaif sebagaimana yang diutarakan oleh al-Albani dalam Dhaif Sunan Abi Dawud, no. 510. 

Beliau mengatakan: "Hadits ini lemah sanadnya disamping karena mursal juga perawinya Muadz bin Zahrah majhul (tidak dikenal) Lihat Irwaul Ghalil (4/38)."


Kesimpulan

Bagi orang yang berpuasa silahkan berdoa kepada Allah pada saat berbuka sesuai hajat yang dikehendakinya. Seperti, meminta surga dan berlindung dari neraka, beristighfar (memohon ampunan), dikuatkan imannya, dilapangkan rizki dan doa-doa yang lainnya. Adapun membaca doa khusus yang disandarkan kepada berbuka puasa, maka doa yang paling kuat adalah:
ذَهَبَ الظَّمَأُ وَابْتَلَّتْ الْعُرُوقُ وَثَبَتَ الْأَجْرُ إِنْ شَاءَ اللَّهُ

"Telah hilang rasa dahaga, dan dan telah basah kerongkongan, serta telah tetap pahala insya Allah."
Doa ini lebih utama diamalkan dari pada yang satunya karena derajatnya lebih baik. Dan Secara dhahirnya hadits ini dibaca saat sudah mulai berbuka puasa bukan sebelumnya. 

Wallahu Ta'ala a'lam.

Adab Sewaktu Berbuka Puasa


Bismillah was shalatu was salamu ‘ala Rasulillah, amma ba’du,

Salah satu kebahagiaan yang diraih orang yang berpuasa adalah saat berbuka. Karena itu, agar kebahagiaan saat berbuka menjadi lebih bermakna perlu diperhatikan adab-adab saat berbuka. 

Pertama, Menyegerakan Berbuka

Menyegerakan berbuka disunahkan oleh Rasulullah, ketika matahari telah terbenam. 

Dari Sahl bin Sa’ad ra, Rasulullah Saw bersabda, 
“Senantiasa manusia di dalam kebaikan selama menyegerakan bebuka.” (HR Bukhari)

Juga dari Sahl bin Sa’ad ra, Rasulullah Saw bersabda, 

“Umatku akan senantiasa dalam sunnahku selama mereka tidak menunggu bintang ketika berbuka (puasa).” (HR Abu Dawud)

Bahkan, menyegerakan berbuka ini merupakan pembeda antara seorang Mukmin dengan orang Yahudi maupun Nasrani. 

Dari Abu Hurairah ra, Rasulullah Saw bersabda, 
“Agama ini akan senantiasa menang selama manusia menyegerakan berbuka, karena orang-orang Yahudi dan Nasrani mengakhirkannya.” (HR Abu Dawud)

Kedua, Berbuka Sebelum Shalat Maghrib

Rasulullah Saw berbuka sebelum salat Maghrib karena menyegerakan berbuka termasuk akhlaknya para nabi. 

Dari Abu Darda’ ra, 
“Tiga perkara yang merupakan akhlak para nabi: menyegerakan berbuka, mengakhirkan sahur dan meletakkan tangan di atas tangan kiri dalam salat.” (HR At Thabrani)

Ketiga, Berbuka dengan Korma dan Air


Karena memberikan ke tubuh yang kosong sesuatu yang manis, lebih membangkitkan selera dan bermanfaat bagi badan, terutama badan yang sehat, dia akan menjadi kuat dengannya (korma). Adapun air, karena badan ketika dibawa puasa menjadi kering, jika didinginkan dengan air akan sempurna manfaatnya dengan makanan.

Dari Anas bin Malik ra, 

“Adalah Rasulullah Saw berbuka dengan korma basah (ruthab), jika tidak ada ruthab maka berbuka dengan korma kering (tamr), jika tidak ada tamr maka minum dengan satu tegukan air.” (HR Ahmad)

Keempat, Berdoa Ketika Berbuka


Doa orang yang berpuasa adalah ijabah ( manjur ). Karena itu dianjurkan supaya mereka selalu berdoa kepada Allah Swt. 

Dari Abu Hurairah ra, Rasulullah Saw bersabda,

Tiga doa yang dikabulkan: doanya orang yang berpuasa, doanya orang yang terdhalimi dan doanya musafir.” 

Sedangkan doa yang tidak tertolak ini adalah ketika waktu orang puasa berbuka berdasarkan hadits dari Abu Hurairah ra bahwasanya Nabi Saw bersabda,

“Tiga orang yang tidak akan ditolak doanya: orang yang puasa ketika berbuka, Imam yang adil dan doanya orang yang didhalimi.” 

Dari Abdullah bin Amr bin al-‘Ash, Rasulullah Saw bersabda: “Sesungguhnya orang yang puasa ketika berbuka memeliki doa yang tidak akan ditolak.” 

Lihat : Do'a Berbuka Puasa yang Shahih



Jika kita berbuka dirumah orang lain, hendaklah kita mengucapkan doa berikut: 
- Afthara ‘indakumush shâ’imûn, wa akala thâ’âmakul abrâr, wa shâllat ‘alaikumul malâ’ikah -
Semoga orang-orang yang berpuasa berbuka di sisimu dan orang-orang yang baik makan makananmu, serta malaikat mendoakannya, agar kamu mendapat rahmat.” 

Kelima, Memberi Makan Orang yang Puasa

Orang yang memberikan makan kepada orang yang puasa mendapatkan pahala yang besar dan kebaikan yang  banyak.

Rasulullah Saw bersabda, 

Barangsiapa yang memberi buka orang yang puasa akan mendapatkan pahala seperti pahalanya orang yang berpuasa tanpa mengurangi pahalanya sedikitpun.” (HR Ahmad, Tirmidzi, Ibnu Majah)

Barangsiapa yang di dalamnya (bulan Ramadhan) memberi ifthar kepada orang berpuasa, niscaya hal itu menjadi sebab ampunan dari dosa-dosanya, dan pembebasan dirinya dari api Neraka.” 

Dalam hadist Salman al-Farisi berbunyi, 

“Barangsiapa menyediakan makanan berbuka bagi orang yang berpuasa, niscaya perkara ini akan menjadi penghapus dosa-dosanya dan menjadi pembebas dirinya dari api Neraka. Dan ia akan mendapat pahala seperti orang yang berpuasa tanpa mengurangi pahala orang yang berpuasa itu sedikitpun.”

Para sahabat bertanya, “Wahai Rasulullah, tidak semua orang mampu menyediakan buka orang yang berpuasa.” Rasulullah Saw menjawab, “Pahala ini Allah berikan bagi siapa saja yang menyediakan makanan bagi orang yang berbuka puasa meskipun berupa susu bercampur air, kurma atau seteguk air. Barangsiapa memberikan seteguk air bagi orang yang berbuka, niscaya Allah akan memberinya minum seteguk air dari telagaku, ia tidak akan dahaga selamanya hingga masuk ke dalam surga.”

Orang yang puasa harus memenuhi undangan (makan) saudaranya, dan orang yang diundang disunnahkan mendoakan pengundangnya setelah selesai makan dengan doa-doa dari Nabi Saw.

Dari Anas ra, dia berkata, 

“Rasulullah Saw apabila berbuka puasa di tempat suatu kaum, Beliau mendoakan mereka lalu bersabda: "Orang-orang yang berpuasa berbuka puasa di tempat kalian, orang-orang yang baik memakan makanan kalian, dan para malaikat mendoakan kalian.” 

Demikian, semoga bermanfaat bagi kita semua.. Aamiin