Saturday, October 31, 2015

Menolong Diri Sendiri Dengan “Menolong” Allah



Teringat sebuah ayat motivasi luar biasa,
“Wahai orang-orang yang beriman! jika kamu menolong (agama) Allah, niscaya Dia akan menolongmu dan meneguhkan kedudukanmu.” (QS Muhammad: 7)

Adakah yang merasa berat menjalankan amanah?

Adakah yang merasa terlalu lelah untuk melangkah?

Adakah yang ragu pada pertolongan ALLAH?

Jika kita membaca ayat diatas lalu mempertanyakan, “apakah benar semua orang yang menolong agama ALLAH akan ditolongNya?” maka kita perlu mengingat kembali kisah-kisah sarat mujizat yang telah membuktikan betapa luar biasa ALLAH membantu hambaNya yang berjuang untuk agamanya, sebagian diantaranya:

- Musa as, saat ALLAH membukakan jalan keluar ketika beliau bersama umat dikejar bala tentara fir’aun. disaat ada kekhawatiran akan keselamatan umatnya, disaat itulah ALLAH menurunkan bantuan luar biasa yang tidak pernah terjadi sebelum dan sesudahnya, ALLAH membelah lautan merah untuk jalan. dan akhirnya beliau as beserta umatnya selamat. Sedangkan fir’aun dan pasukannya yang terus mengejar akhirnya ditimpa air laut.

- Ibrahim as, disaat ALLAH menyelamatkan beliau dari siksaan api yang siap memanggang beliau.

- Muhammad saw, disaat para malaikat turun ke bumi dan menjadi bagian dari pasukan mujahid melawan kaum quraisy. Pasukan muslim yang hanya 314 orang berhasil menumbangkan kesombongan kaum kafir yang berjumlah seribu orang dengan semua tokoh kaum musyrikin.

- Yunus as, yang diselamatkan ALLAH dari perut ikan paus.

Dan begitu banyak kisah lain yang menjadi bukti nyata betapa ALLAH menurunkan bantuanNya pada hamba-hambaNya yang berjuang membela agamaNya. Keikhlasan dan totalitas perjuangan mereka telah menyentuh kehendak ALLAH untuk menurunkan bantuanNya. Sungguh, tiada keraguan atas apa yang dijanjikan ALLAH pada umat manusia.

Pertanyaannya kemudian adalah:

Masihkah kita ragu?

Masihkah kita enggan?

Sudahkah kita menunaikan kehormatan hidup kita sebagai pembela (agama) ALLAH?

Semoga kita senantiasa diistiqomahkan dalam jalan kebenaran. aamiin…

Siapapun kita yang menjalani aktivitas dakwah Ilallah,

Siapapun kita yang senantiasa menjalani rutinitas hidup untuk mencari keridloan ALLAH,

Siapapun kita yang senantiasa berjuang untuk pertemuannya dengan ALLAH,

katakan ” BISMILLAHI ALLAHUAKBAR ! “, lalu biarkan ALLAH membantu kita dengan kuasaNya.

---------------------
Dari : Semangat_Dakwahku

Di Antara Kerugian Meninggalkan Sholat

Alhamdulillah kita masih bisa bertemu lagi, kali ini Topik Islam akan memberikan beberapa kerugian jika meninggalkan shalat. Mau tahu? Lihat di bawah ini!

( Saat di Dunia )
1. Jika kamu tak mau shalat, Allah akan mencabut keberkahan dari umurmu.
2. Jika kamu tak mau shalat, kegelapan selalu nampak di wajahmu.
3. Jika kamu tak mau shalat, segala amal baikmu tak akan diganjar oleh Allah.
4. Jika kamu tak mau shalat, doamu tak akan diangkat ke langit.
5. Jika kamu tak mau shalat, doa-doa kebaikan orang untuk dirimu tak akan dikabulkan.
6. Jika kamu tak mau shalat, seluruh makhluk di dunia ini murka kepadamu.

( Saat Kematian )
1. Jika kamu tak mau shalat, kamu akan mati terhina.
2. Jika kamu tak mau shalat, kamu akan mati dalam kondisi kelaparan.
3. Jika kamu tak mau shalat, kamu akan mati dalam kondisi kehausan walaupun kamu diberi minum lautan dunia.

( Di Alam Kubur )
1. Jika kamu tak mau shalat, kuburmu sempit sehingga meremukkan tulang belulangmu.
2. Jika kamu tak mau shalat, kuburmu akan terbakar dan engkau berguling-guling di atas bara api siang dan malam.
3. Jika kamu tak mau shalat, engkau akan ditemani 5 ekor ular besar yang selalu menyiksamu karena sebab meninggalkan shalat Shubuh sampai masuk shalat Dzuhur, ular-ular tersebut terus menyiksamu karena meninggalkan shalat Dzuhur sampai masuk shalat Ashar, dan seterusnya.

( Pada Hari Kiamat )
1. Jika kamu tak mau shalat, mukamu akan disungkuran ke bara api neraka.
2. Jika kamu tak mau shalat, Allah akan memandangmu dengan pandangan marah di waktu hisab sehingga daging-daging d wajahmu akan rontok berjatuhan.
3. Jika kamu tak mau shalat, kamu akan dihisab dengan hisab yang keras dan Allah akan memerintahkanmu diseret ke neraka.
Jika demikian, apakah kamu masih tetap tak mau shalat?
Semoga kita dan keluarga diberikan Taufiq agar istiqomah dalam ibadah mendirikan shalat, dan generasi berikutnya hingga akhirzaman, semoga mereka umat Islam yang belum mau shalat dijadikan hatinya selalu disiplin mendirikan shalat, 

Aamiin Yaa Robbal 'alamiin.

Saturday, October 17, 2015

Menghadap pada Ajal


“Seandainya kematian merupakan tempat peristirahatan yang tenang dari seluruh keluh kesah hidup manusia di dunia… niscaya kematian merupakan suatu kabar gembira yang dinanti-natikan bagi setiap insan… Akan tetapi kenyataannya berbeda… setelah kematian itu ada pertanggung jawaban dan ada kehidupan…”
Kematian Adalah Kepastian
Betapa banyak berita kematian yang sampai di telinga kita, mungkin mengkhabarkan bahwa tetangga kita, kerabat kita, saudara kita atau teman kita telah meninggal dunia, menghadap Allah Ta’ala. Akan tetapi betapa sedikit dari diri kita yang mampu mengambil pelajaran dari kenyataan tersebut. Saudaraku, kita tidak memungkiri bahwa datangnya kematian itu adalah pasti. Tidak ada manusia yang hidup abadi. Realita telah membuktikannya. Allah Ta’ala telah berfirman.

Setiap jiwa pasti akan mengalami kematian, dan kelak pada hari kiamat saja lah balasan atas pahalamu akan disempurnakan, barang siapa yang dijauhkan oleh Allah Ta’ala dari neraka dan dimasukkan oleh Allah Ta’ala ke dalam surga, sungguh dia adalah orang yang beruntung (sukses).” (QS. Ali Imran : 185)
Allah Ta’ala juga telah berfirman,
Katakanlah (wahai Muhammad) sesungguhnya kematian yang kalian lari darinya pasti akan mendatangi kalian, kemudian kalian akan dikembalikan kepada Dzat Yang Maha Mengetahui apa yang tersembunyi dan apa yang nampak, kemudian Allah Ta’ala akan memberitahukan kepada kalian setiap amalan yang dahulu kalian pernah kerjakan.” (QS. Al Jumu’ah : 8)
Saudaraku, kematian itu milik setiap manusia. Semuanya akan menjumpai kematian pada saatnya. Entah di belahan bumi mana kah manusia itu berada, entah bagaimanapun keadaanya, laki-laki atau perempuan kah, kaya atau miskin kah, tua atau muda kah, semuanya akan mati jika sudah tiba saatnya. Allah Ta’ala berfirman,
“Dan bagi tiap-tiap jiwa sudah ditetapkan waktu (kematiannya), jika telah tiba waktu kematian, tidak akan bisa mereka mengundurkannya ataupun mempercepat, meskipun hanya sesaat” (QS. Al A’raf :34)
Saudaraku, silakan berlindung di tempat manapun, tempat yang sekiranya adalah tempat paling aman menjadi persembunyian. Mungkin kita bisa lari dari kejaran musuh, selamat dari kejaran binatang buas, lolos dari kepungan bencana alam. Namun, kematian itu tetap akan menjemput diri kita, jika Allah Ta’ala sudah menetapkan. Allah Ta’ala berfirman,
Dan dimanapun kalian berada, niscaya kematian itu akan mendatangi kalian, meskipun kalian berlindung di balik benteng yang sangat kokoh.” (QS. An Nisa : 78)
Kematian Adalah Rahasia Sang Pencipta
Kematian manusia sudah Allah Ta’ala tetapkan atas setiap hamba-Nya sejak awal penciptaan manusia. 
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Sesungguhnya proses penciptaan manusia di dalam perut ibu, berlangsung selama 40 hari dalam bentuk air mani, kemudian menjadi segumpal darah yang menggantung selama 40 hari, kemudian menjadi segumpal daging  selama 40 hari juga. Kemudian Allah mengutus seorang malaikat untuk meniupkan ruh pada janin tersebut, dan diperintahkan untuk mencatat empat ketetapan : rezekinya, kematiannya, amalannya, dan akhir kehidupannya, menjadi orang bahagia ataukah orang yang celaka….” (HR. Bukhari dan Muslim)
Allah Ta’ala telah berfirman,
Sesungguhnya di sisi Allah sajalah pengetahuan tentang (kapankah) datangnya hari kiamat, dan Dia-lah yang menurunkan air hujan, dan Dia lah yang mengetahui tentang apa yang ada di dalam rahim, dan tidak ada seorang pun yang mengetahui (dengan pasti) apa yang akan dia kerjakan esok hari, dan tidak ada seorang pun yang mengetahui di bumi manakah dia akan mati..” (QS. Luqman : 34)
Saudaraku, jika kita tidak tahu di bumi manakah kita akan mati, di waktu kapan kah kita akan meninggal, dan dengan cara apakah kita akan mengakhiri kehidupan dunia ini, masih kah kita merasa aman dari intaian kematian…? Siapa yang bisa menjamin bahwa kita bisa menghirup segarnya udara pagi esok hari…? Siapa yang bisa menjamin kita bisa tertawa esok hari…? Atau…. siapa tahu sebentar lagi giliran kematian Anda wahai Saudaraku…
Di manakah saudara-saudara kita yang telah meninggal saat ini…? Yang beberapa waktu silam masih sempat tertawa dan bercanda bersama kita… Saat ini mereka sendiri di tengah gelapnya himpitan kuburan… Berbahagialah mereka yang meninggal dengan membawa amalan sholeh… dan sungguh celaka mereka yang meninggal dengan membawa dosa dan kemaksiatan…
Faidah Mengingat Kematian
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Perbanyaklah kalian mengingat pemutus kelezatan dunia”. Kemudian para shahabat bertanya. “Wahai Rasulullah apakah itu pemutus kelezatan dunia?” Kemudian Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab, “Kematian” (HR. Al Baihaqi dalam Syu’abul Iman, hadits dari shahabat Abu Hurairah)
Ad Daqaaq rahimahullahu mengatakan, “Barangsiapa yang banyak mengingat kematian, maka akan dianugerahi oleh Allah tiga keutamaan, [1] bersegera dalam bertaubat, [2] giat dan semangat dalam beribadah kepada Allah, [3] rasa qana’ah dalam hati (menerima setiap pemberian Allah)” (Al Qiyamah Ash Shugra, Syaikh Dr. Umar Sulaiman Al Asyqar)
Bersegera dalam Bertaubat
Sudah dapat dipastikan bahwa manusia adalah makhluk yang banyak dosa dan kemaksiatan. Seorang manusia yang banyak mengingat kematian, dirinya sadar bahwa kematian senantiasa mengintai. Dia tidak ingin menghadap Allah Ta’ala dengan membawa setumpuk dosa yang akan mendatangkan kemurkaan Allah Ta’ala. Dia akan sesegera mungkin bertaubat atas dosa dan kesalahannya, kembali kepada Allah Ta’ala. Allah telah berfirman,
Sesungguhnya taubat di sisi Allah hanyalah bagi orang-orang yang mengerjakan keburukan dikarenakan kebodohannya, kemudian mereka bertaubat dengan segera, maka mereka itulah yang diterima taubatnya oleh Allah, dan Allah Maha Mengetahui dan Maha Bijaksana” (QS. An Nisa : 17)
Maksud dari berbuat keburukan karena kebodohan dalam ayat di atas, bukanlah kebodohan seorang yang tidak mengetahui sama sekali bahwa apa yang dia kerjakan merupakan sebuah keburukan. Orang yang berbuat buruk dan tidak mengetahui sama sekali tidak akan dihukum oleh Allah. Akan tetapi yang dimaksud kebodohan di sini adalah seseorang yang mengetahui bahwa apa yang dia lakukan adalah keburukan, namun dia tetap saja melakukannya lantaran dirinya dikuasai oleh hawa nafsu. Inilah makna kebodohan dalam ayat di atas. (Syarah Qowaidul Arba’ Syaikh Sholeh Fauzan).
Allah Ta’ala berfirman, “Dan bersegeralah menuju ampunan dari Rabb kalian dan menuju surga yang luasnya seluas langit dan bumi, yang telah dipersiapkan (oleh Allah) bagi orang-orang ynag bertaqwa” (QS. Ali Imran : 133)
Giat dan Semangat dalam Beribadah kepada Allah
Seorang yang banyak mengingat kematian, akan senantiasa memanfaatkan waktunya untuk beribadah kepada Allah Ta’ala. Suatu ketika Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda kepada Abdullah Ibnu Umar radhiyallahu ‘anhuma, “Jadilah engkau di dunia ini bagaikan seorang yang asing atau seorang yang sedang menempuh perjalanan yang jauh”, mendengar sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam ini, lantas Abdullah ibnu Umar berkata, “Jika engkau berada di sore hari jangan engkau tunggu datangnya pagi hari, jika engkau berada di pagi hari jangan engkau tunggu datangnya sore hari, pergunakanlah waktu sehatmu (dalam ketaatan kepada Allah) sebelum datangnya waktu sakitmu, dan pergunakanlah waktu hidupmu sebelum kematian datang menjemputmu.” (HR. Bukhari)
Rasa Qana’ah di Dalam Hati
Allah Ta’ala akan menanamkan rasa qana’ah di dalam hati seseorang yang banyak mengingat kematian. Rasa qana’ah yang membuat seseorang merasa cukup terhadap setiap pemberian Allah Ta’ala, bagaimanapun dan berapa pun pemberian Allah. Suatu saat Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah menyampaikan nasehat kepada Abu Dzar. Abu Dzar berkata,
Kekasihku yakni Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam memerintah tujuh perkara padaku, (di antaranya): Beliau memerintahkanku agar mencintai orang miskin dan dekat dengan mereka, dan beliau memerintahkan aku agar melihat orang yang berada di bawahku (dalam masalah harta dan dunia), juga supaya aku tidak memperhatikan orang yang berada di atasku. …” (HR. Ahmad. Syaikh Syu’aib Al Arnauth mengatakan bahwa hadits ini shahih)
Seseorang yang banyak mengingat kematian, meyakini bahwa segala pemberian Allah dari perbendaharaan dunia adalah titipan dari Allah. Seluruhnya akan diambil kembali oleh Allah, dan akan dimintai pertanggung jawaban oleh Allah Ta’ala atas seluruh pemberian tersebut. Nas’alullaha al afiyah.
Kehidupan setelah Kematian
“Saudaraku, seandainya kematian merupakan tempat peristirahatan yang tenang dari seluruh keluh kesah hidup manusia di dunia… niscaya kematian merupakan suatu kabar gembira yang dinanti-natikan bagi setiap manusia… Akan tetapi kenyataannya berbeda… setelah kematian itu ada pertanggung jawaban dan ada kehidupan… kehidupan yang sebenarnya…”
Diantara keimanan kepada hari kiamat adalah meyakini bahwa setelah kematian ini ada kehidupan. Semuanya akan berlanjut ke alam kubur kemudian ke alam akhirat. Di sana ada pengadilan Allah Ta’ala yang Maha Adil. Semua manusia akan diadili, mempertanggungjawabkan setiap amalan yang dia perbuat. Allah Ta’ala berfirman,
Barangsiapa yang berbuat kebaikan meskipun sekecil biji dzarah, niscaya dia akan melihat hasilnya, dan barang siapa yang berbuat keburukan meskipun sekecil biji dzarah, niscaya dia akan melihat akibatnya” (QS. Al Zalzalah: 7-8)
Terakhir Saudaraku, jadilah orang yang cerdas. Orang yang cerdas dalam memandang hakikat kehidupan di dunia ini. Abdullah Ibnu Umar dia pernah berkata, ‘Aku bersama Rosulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, lalu seorang laki-laki Anshar datang kepada beliau, kemudian mengucapkan salam kepada beliau, lalu dia berkata, ‘Wahai Rasulullah, manakah di antara kaum mukminin yang paling utama?’. Beliau menjawab, ‘Yang paling baik akhlaknya di antara mereka.’ Dia berkata lagi, ‘Manakah di antara kaum mukminin yang paling cerdas?’. Beliau menjawab, ‘Yang paling banyak mengingat kematian di antara mereka, dan yang paling baik persiapannya setelah kematian. Mereka itu orang-orang yang cerdas.’” (HR. Ibnu Majah)
Semoga bermanfaat.
-

Penyebab Membatunya Hati


Mengapa Hatiku Membatu?
Diantara do’a Rasulullah SAW adalah memohon perlindungan kepada Allah SWT dari hati
 yang tidak khusyu’. “Ya Allah… aku berlindung kepada-MU dari ilmu yang tidak manfaat, dari hati yang tidak khusyu’, dari hawa nafsu yang tidak pernah merasa kenyang dan dari do’a yang tidak dikabulkan.” (HR. Muslim).

Hati yang tidak khusyu’ itu adalah hati yang keras, hati yang keras itu adalah hati yang jauh dari Allah SWT. Hati yang sudah jauh dari Allah SWT itu hatinya telah tertutup rapat dengan penyakit-penyakit hati artinya tidak mau menerima nasihat dari siapa pun juga, sehingga amal perbuatan penuh maksiat kepada Allah SWT. Padahal kalau ingin menjadi orang yang selamat itu ia harus menyesali perbuatan dosanya dan menangis serta memohon ampunan kepada Allah SWT.

Sebab-sebab hati menjadi keras itu adalah :

Pertama, Lemahnya Iman

Lemah iman menjadi penyebab kerasnya hati dan mengurangi rasa takutnya kepada Allah SWT, sehingga jika sudah hilang rasa takutnya kepada Allah SWT, maka ia tidak merasa lagi diawasi, tidak diperhatikan oleh Alllah SWT maka amal perbuatan penuh dengan maksiat.
Bagi kita sebagai seorang muslim menjadi keharusan keharusan kalau sudah merasa imannya itu lemah, sesegera mungkin untuk mengobatinya dengan cara di antaranya: membaca serta merenungi Al Qur’an, takut akan siksa Allah SWT, bertaubat, mengingat mati dan akhirat serta takut akan su’ul-khatimah.

Kedua, Kritisnya Pendidikan Yang Benar.

Menuntut ilmu yang benar itu adalah salah satu kewajiban seorang muslim agar senantiasa dalam amal perbuatannya itu sesuai dengan ketentuan Allah SWT dan Rasul-Nya. Karena dengan ilmu dan amal yang benar itu akan mendekatkan diri kepada Allah SWT, tapi kalau sebaliknya akan menjauhkan diri dari Allah SWT. Dan perlu diketahui bahwa sebelum kita mengerjakan suatu amalan kita wajib, terlebih dahulu mengetahui dulu ilmunya, baik masalah dunia atau masalah agama. 

Ketiga, Terbiasa di Lingkungan Yang Buruk

Jika seseorang tinggal di lingkungan yang buruk dan tidak ada suasana iman seperti, dengan orang-orang yang membanggakan perbuatan maksiat, minuman keras, berjudi, menggunjing, jauh dari majelis Al Qur’an, dari masjid dan jauh dari teman yang saleh, dan ibadah-ibadah yang lainnya, maka kondisi ini akan mengubah hati sesorang menjadi keras dan mundur dari iman serta akan kembali kepada perbuatan maksiat.

Keempat, Berteman dengan Orang-orang Yang Buruk dan Sering Tertawa

Pergaulan itu merupakan salah satu faktor yang akan menentukan sikap seseorang, kalau bergaul dengan orang baik maka akan terbawa baik dan kalau bergaul dengan orang yang kurang baik maka ia pun akan terbawa kurang baik, maka oleh karena itu kalau kita ingin bersahabat, berteman atau ingin bergaul, harus dengan orang baik jangan sampai dengan orang yang buruk tentunya kalau kita bersa habat dengan orang yang buruk hati kita akan menjadi keras karena akan dipengaruhi dengan hal-hal yang buruk.

Rasulullah SAW bersabda: “Seseorang itu mengikuti din (akhlaq, agama, kebiasaan) teman akrabnya, maka hendaknya seseorang melihat siapa yang dijadikan teman akrabnya.” (HR. Abu Dawud, At-Tirmidzi dan Ahmad).

Jadi kalau kita ingin tahu kebiasaan seseorang maka perhatikan saja dengan siapa ia berteman, kalau ia bersahabat dengan orang baik maka ia pun terbawa baik, begitu juga sebaliknya kalau ia bergaul dengan orang buruk maka ia akan terbawa buruk pula.

Kelima, Terbiasa Meninggalkan Kewajiban, Melakukan Maksiat, dan Meremehkan Dosa

Dosa adalah penghalang kepada seseorang untuk menuju dan mendapat ridho Allah SWT, sekecil apapun yang namanya dosa itu harus ditinggalkan kalau tidak, akan menjadikan hati menjadi keras kalau hati sudah keras akan sulit untuk melaksanakan kewajiban dan pasti akan terbiasa melaksanakan perbuatan maksiat dan melaksanakan dosa pun menjadi terbiasa pula. 

Rasulullah SAW bersabda: “Jauhilah dosadosa yang dianggap kecil, karena dosa-dosa itu akan berhimpun pada seseorang sehingga akan membinasakannya.” (HR. Ahmad).

Keenam, Tertipu dan Membanggakan Diri

Ujub atau membanggakan diri sendiri termasuk yang dominan akan mengeraskan hati seseorang, karena orang yang ujub tidak mau bersama-sama dengan orang alim, orang-orang saleh, tidak mau menerima nasihat dari mereka karena sudah merasa dengan apa-apa yang mereka miliki karena mereka membanggakan dirinya (ujub).

Rasulullah SAW memberi peringatan akan bahayanya ujub, beliau bersabda: ”Perkara-perkara yang akan membinasakan ialah: kebakhilan dan kerakusan yang ditaati, hawa nafsu yang diikuti, dan kebanggaan seseorang terhadap dirinya sendiri.” (HR. Al Bazar dan Al Baihaqi).

Oleh karena itu, seseorang harus mengobati jiwanya dengan membuang rasa bangga terhadap diri sendiri kemudian bersikap tawadhu, takut serta memperbaiki aibnya dan bertaubat kepada Allah swt. 

Ketujuh, Lalai

Lalai merupakan penyakit yang berbahaya, jika seseorang sudah terasuki penyakit ini dan bersarang dalam jiwanya maka anggota badan yang lainnya akan terpengaruhi, padahal setiap muslim dituntut untuk lebih giat dalam setiap hal ibadah kepada Allah SWT. Sehingga orang yang shalat pun tapi lalai dalam shalatnya ia diancam dengan neraka Wail.
Orang yang lalai hatinya akan menjadi keras dan kalau sudah keras maka akan sulit untuk menerima nasihat, obat untuk yang lalai ialah dzikrullah (mengingat Allah SWT), membaca kitabullah serta men-tadabbur-nya isinya dan mengambil ‘itibar dari peristiwa-peristiwa yang akan dihadapinya seperti kematian, sakaratul maut, alam kubur, Padang Mahsyar, timbangan amal, shirat, surga dan neraka.

Kedelapan, Terlalu Cinta Dunia dan Panjang Angan-angan

Mencintai dunia dengan berlebih-lebihan, tenggelam di dalamnya, panjang angan-angan dan dunia dijadikan sebagai tujuan hidupnya, segala sesuatu itu diukur dengan keduniaan sehingga dunia mendapat porsi yang utama dalam hidupnya maka ini akan menjadikan hati menjadi keras.
Dan perlu diketahui penyebab hati menjadi keras masih ada yang tak bisa disampaikan di sini secara panjang lebar, di antaranya, banyak tertawa, banyak makan dan lain-lain.
Semoga kita semua diberi kemampuan untuk menjauhi perbuatan yang mengakibatkan hati menjadi mati. Aamiin...

-
Dikutip dari : Tausyiah Ustad Fuad Hasyim

Peran Bunda Shalehah dibalik Para Imam Madzhab


Imam Mahzab adalah seorang ulama besar dimana menjadi rujukan ulama-ulama beberapa generasi, karena kedalaman ilmu, hafalannya yang kuat, dan keshalihannya yang terkenal didepan Umat mereka bukan ulama sembarangan yang mudah muncul sepanjang zaman, karena besar kealimannya dan keteguhannya memegang Agama. Bicara Imam Mahzab, seperti halnya disini Imam Syafi'ie yang dijadikan rujukan kebanyakan umat Islam Indonesia, nah sekarang yang kita kaji ialah bagaimana mereka menjadi manusia hebat ?
Ternyata ada peran besar Bunda yang shaleh dibalik pendidikannya, Bunda shaleh bila menjadi tiang negara maka negara akan kokoh. Namun berbeda kalau dengan bunda yang salah.
Sang penulis buku ialah Ulama Dari Kuwait , Dr Tariq Suwaidan penulis Biografi 4 Imam Mazhab menuliskan Kisah besarnya peran seorang ibu bagi proses Pendidikan Imam Malik, Imam Syafi’i, dan Imam Ahmad.

( Ibu Imam Malik )
Pada Masa Kecilnya Imam Malik Memiliki kecenderungan kepada seni. Ibunyalah yang telah membuat Imam Malik meninggalkan dunia lagu dan musik beralih kedunia ilmu hingga akhirnya menjadi Ulama Fiqih yang ilmunya terus bermanfaat hingga saat ini.
Imam Malik Menuturkan :
Pada Masa kecilku,aku sangat menyukai para penyanyi. Ibuku tahu aku sangat gandrung dengan nyanyian, tapi ia merasa bahwa teladan yang kuidamkan tidak tepat dan tidak benar. Ia pun memalingkan aku dari lagu-lagu itu. ia berpesan, “Seorang penyanyi, jika ia buruk rupa, maka lagunya tidak akan dilihat dan didengarkan. Karena itu tinggalkanlah lagu dan tuntulah ilmu fikih!
Imam Melanjutkan :
Aku pun akhirnya meninggalkan para penyanyi itu dan mengikuti para fukaha sehinggal Allah mewujudkan cita-citaku seperti sekarang.
Pada suatu hari ibuku datang membawakan pakaian kebesaran para ulama.ia mengenakanya untukku dan memasanggkan kopiah di kepalaku. Ia memasangkan balutan di kopiah itu, lalu menarikku seraya berkata, “Sekarang, pergilah!” Ia menunjukkan kepadaku seorang Ulama.
Ternyata Pendidikan seorang ibu sang imam tidak hanya sebatas memotivasi anaknya untuk menjadi Ulama, bahkan sang ibu juga memberikan pengarahan dalam proses Pendidikan sang Imam.
Sang Ibu Berpesan kepada Imam Malik, “Pergilah ke tempat Rabi’ah, pelajari akhlaknya sebelum kau mempelajari ilmunya.” Sungguh pengarahan yang luar biasa dari seorang ibu yang mulai. Ia paham bahwa sang anak harus mengutamakan akhlak di atas ilmu.

( Imam Syafii dan Ibu yang Cerdas )
Ibunda Imam Syafi’I adalah seorang Ahli ibadah yang cerdas. Kecerdasan Beliau tampak ketika ia menjadi salah seorang saksi di pengadilan Makkah bersama seorang saksi perempuan lain dan seorang saksi laki-laki. Ketika hakim ingin memisahkan antara kesaksian dua orang perempuan tersebut. Akan tetapi, ibunda imam Syafi’I berseru, “ Kau tidak layak melakukan hal itu karena Allah telahberfirman, Dan persaksikanlah dengan dua orang saksi dari orang-orang laki (diantara kalian). Jika tak ada dua orang lelaki maka boleh seorang laki-laki dan dua orang perempuan dari saksi-saksi yang kalian ridai, supaya jika seorang lupa maka seorang lagi mengingatkanya ( Al-Baqarah : 282).” Akhirnya sang hakim menarik kembali pendapatnya.
Peran Ibunda Imam Syafi’I terhadap dirinya sangatlah besar. Seperti Imam Malik , Imam Syafi’I juga mendapat banyak pengarahan dari sang ibu dalam hal menuntutilmu. Ibunya selalu membimbing Syafi’I untuk terus mearih ilmu dengan mengirimnya dari Gahaza ke Makkah.Sang ibu mengirim Syafi’I agar dapat hidup tidak jauh dari pusat ilmu kala itu.
Ibunda Syafi’I juga menyiapkan seluruh perbekalan perjalanan sang imam menuju Makkah. Dikisahkan oleh Al Baghdadi dalam Tarikh Baghdad, Syafi’I pernah berkata, “Ibuku Mempersiapkan segalanya untuk perjalananku ke Makkah. Aku pun berangkat kesana. Ketika itu aku masih berumur sekitar sepuluh tahun. Aku menetap dirumah salah seorang kerabatku dan mulai menuntut ilmu di sana.” Kondisi Imam Syafi’I yang tumbuh dalam keadaan yatim, menjadikan sang Ibu adalah Murabbi pertamanya.

( Prioritas Ibu Imam Ahmad )
Ibu Imam Ahmad bernama Shafiyyah. Shafiyyah sangat memperhatikan putra yatimnya, Ahmad. Shafiyyah memilih tetap menjanda pada usianya yang terbilang muda demi mengasuh Ahmad. Pada saat itu mayoritas perempuan Arab bila ditinggal mati suaminya, cenderung untuk menikah lagi demi menjaga kehormatan dan nama baiknya. Bahkan sudah menjadi tradisi wanita ditinggal mati suami atau dicerai , harus segera menikah lagi. Tetapi berbeda dengan mayoritas perempuan Arab. Shafiyyah bertekad untuk totalitas mengasuh putranya yang kelak akan menjadi Imam Besar Sepanjang Zaman. Ketika ditinggal Suami , Shafiyyah masih berusia 30 Tahun.
Kasih sayang dan perhatian penuh yang diberikan oleh sang ibu, telah mendidik Ahmad tumbuh menjadi seorang Pemuda yang berbakti kepada orang tuanya. Pernah suatu ketika Ahmad menolak menyebrangi sungai Tigris untuk sekedar menerima hadis bersama teman-temanya dari Jarir ibn AbdulHamid, Ulama Ahli rakyu. Saat teman-temanya mengajaknya, Ahmad mengatakan “Ibuku tidak mengizinkanku melakukannya.” Padahal, ketika itu umur Ahmad sudah 22 tahun.
Dalam Menuntut Ilmu Ahmad selalu mengutamakan mendapat ridha dari sang ibu. Karena beliau tahu mendapatkan Ridha sang Ibu adalah sunnah Rasulnya. 

Dari Abdullah bin ‘Amr beliau berkata; Rasulullah صلى الله عليه وسلم bersabda; Ridha Allah pada ridha orangtua dan murka Allah pada murka orangtua. (HR. Al-Baihaqi)
Kehebatan para Imam Madzhab ternyata tak lepas dari kehebatan Murabbi mereka yaitu, kontribusi para ibunda. Karena ibu adalah madrasah pertama pendidikan seorang anak. Kita dapat mengambil pelajaran dari ibu para imam bagaimana mendidik seorang anak. Seperti imam Malik & Imam Syafi’i yang diberi arahan oleh sang ibu dalam menuntut ilmu. Mereka dipersiapkan perbekalanya dalam mengarungi samudra ilmu yang sangat luas. Seorang ibu juga harus memberikan prioritas hidupnya mendidik sang anak layaknya ibu Imam Ahmad. karena setiap ibu harus paham, mendidik anak bukanlah sambilan tetapi keutamaan.
Sudah sepantasnya seluruh umat Islam mulai memperhatikan peran ibu dalam mendidik sang anak. Pengadaan sekolah calon ibu, sekolah pra Nikah yang mulai gencar saat ini adalah suatu kemajuan yang patut disyukuri dan ditindak lanjuti. Seperti apa yang penulis tuliskan diawal “Pendidikan di sekolah hanyalah sementara , sedangkan pendidikan dari seorang ibu adalah selamanya.

Inilah Mengapa Tidur Pagi Tidak Diperbolehkan



    Saudaraku, orang-orang sholih terdahulu sangat membenci tidur pagi. Kita dapat melihat ini dari penuturan Ibnul Qayyim ketika menjelaskan masalah banyak tidur yaitu bahwa banyak tidur dapat mematikan hati dan membuat badan merasa malas serta membuang-buang waktu. Beliau rahimahullah mengatakan, “Banyak tidur dapat mengakibatkan lalai dan malas-malasan. Banyak tidur ada yang termasuk dilarang dan ada pula yang dapat menimbulkan bahaya bagi badan.


Waktu tidur yang paling bermanfaat yaitu :
  • Tidur ketika sangat butuh,
  • Tidur di awal malam –ini lebih manfaat daripada tidur di akhir malam-,
  • Tidur di pertengahan siang –ini lebih bermanfaat daripada tidur di waktu pagi dan sore-. Apalagi di waktu pagi dan sore sangat sedikit sekali manfaatnya bahkan lebih banyak bahaya yang ditimbulkan, lebih-lebih lagi tidur di waktu ‘Ashar dan awal pagi kecuali jika memang tidak tidur semalaman.

Menurut para salaf, tidur yang terlarang adalah tidur ketika selesai shalat shubuh hingga matahari terbit. Karena pada waktu tersebut adalah waktu untuk menuai ghonimah (pahala yang berlimpah). Mengisi waktu tersebut adalah keutamaan yang sangat besar, menurut orang-orang sholih. Sehingga apabila mereka melakukan perjalanan semalam suntuk, mereka tidak mau tidur di waktu tersebut hingga terbit matahari. Mereka melakukan demikian karena waktu pagi adalah waktu terbukanya pintu rizki dan datangnya barokah (banyak kebaikan).” (Madarijus Salikin, 1/459, Maktabah Syamilah)
Diantara kerugian yang ditimbulkan :
  • Tidak sesuai dengan petunjuk Al Qur’an dan As Sunnah.
  • Bukan termasuk akhlak dan kebiasaan para salafush sholih (generasi terbaik umat ini), bahkan merupakan perbuatan yang dibenci.
  • Tidak mendapatkan barokah di dalam waktu dan amalannya.
  • Menyebabkan malas dan tidak bersemangat di sisa harinya. Maksud dari hal ini dapat dilihat dari perkataan Ibnul Qayyim. Beliau rahimahullah berkata, “Pagi hari bagi seseorang itu seperti waktu muda dan akhir harinya seperti waktu tuanya.” (Miftah Daris Sa’adah, 2/216). Amalan seseorang di waktu muda berpengaruh terhadap amalannya di waktu tua. Jadi jika seseorang di awal pagi sudah malas-malasan dengan sering tidur, maka di sore harinya dia juga akan malas-malasan pula.
  • Menghambat datangnya rizki.

Ibnul Qayyim berkata, “Empat hal yang menghambat datangnya rizki adalah [1] tidur di waktu pagi, [2] sedikit sholat, [3] malas-malasan dan [4] berkhianat.” (Zaadul Ma’ad, 4/378)

Taubatnya Seorang Pemimpin Melalui Kehidupan Kuli Bangunan




    Udara panas menyengat. Angin gurun disertai badai samun. Terasa sangat mendera. Debu-debu berterbangan. Membuat dinding-dinding tembok menjadi kusam. Terkena debu. Jalan lengang di siang hari. Hanya satu dua orang yang pergi. Karena sangat perlu. Tak tahan menghadapi udara gurun yang panas. Menyengat. Kala itu, putra Khalifah al-Makmun, yang bernama Pangeran Ali sedang berada di tangsi militer.
Tiba-tiba seorang pelayan datang. “Tuanku Amirul Mukminin memanggil. Ia memanggil untuk jamuan makan, dan sekarang menunggu tuan”, ujar pelayan itu. 

Mendengar panggilan itu, Pangeran Ali, lalu berkata: “Sungguh. Cuaca sangat panas dan terasa gerah, membuat diriku malas keluar. Maka, kembalilah dan beritahukan kepada Amirul Mukminin, bahwa kamu mendapatkanku sedang tidur”, ucap Pangeran Ali. Tapi, pelayan itu kembali lagi, dan mengatakan : “Amirul Mukminin memerintahkan untuk membangunkan. Beliau sudah tidak sabar lagi walau sekejap saja”, tambah pelayan itu.

Mendengar perintah itu, Pangeran Ali segera bangun, dan menghadiri jamuan makan dengan perasaan tidak senang. Disaat itu, Amiru Mukminin duduk-duduk, sambil minum-minum bersama teman-temannya. Melihat suasana seperti itu, Pangeran Ali meninggalkan jamuan, tanpa minum sedikitpun.Ia kembali ke istananya, dan memerintahkan agar digelarnya permadani di balkonnya yang berada di pinggiran sungai Tigris, lalu disiram dengan es. Kemudian Pangeran Ali duduk diatas pembaringan beratap kain sambil memandang orang-orang, dan sungai yang terus mengalir.

Dari kejauhan Pangeran Ali melihat seorang kuli datang. Kuli itu menggunakan baju dari bulu putih yang sudah kumal. Ia membungkus kedua kakinya dengan kain perca untuk menahan sengatan panas yang membakar. Dilihatnya, kuli itu mengeluarkan bungkusan, yang berisi makanan, yang tidak seberapa, hanya sekedar menahan laparnya. Roti yang ditaburi garam, dan diberi sejenis bahan tumbuhan yang berbau harum. Lalu, dari kejauhan Pangeran Ali melihat kuli sedang makan makanannya yang ada. Dan, ketika usai makan, kuli membungkus kembli barang makanan yang ia bawa. Lalu, kuli menggelar kain, dan melaksanakan shalat Dhuhur.

Pangeran Ali berkata kepada pengawal yang berdiri didekatnya. “Bawalah dia kemari, dan perlakukanlah dengan lembut”, ucapnya. 
Pengawal itu berkata, ‘Bangun, dan ikut saya’, tegasnya kepada kuli. Tapi, kuli menolak, karena ia sudah merasa letih. “Carilah orang lain, badanku sudah sangat letih”, ujarnya. “Tempatnya dekat”, sahut pengawal. Tetapi, kuli tetap menolak, dan tidak mau ikut pengawal, yang ingin membawanya kepada Pangeran Ali. Dan, pengawal Pangeran Ali terus menekannya, dan akhirnya kuli itu ikut ke istana Pangeran Ali.

Ketika bertemu dua manusia yang berlainan status itu, tapi tak menghalangi keduanya menjadi dekat. Pangeran Ali, kemudian menggandeng tangan kuli itu, dan membawanya masuk ke dalam kamarnya, tanpa disertai orang lain. Lalu, Pangeran Ali bekata : “Lihat ini, kamu telah mengetahui keadaan, dan kedudukanku. Namun, apa artinya kerajaan ini dengan segala kenikmatan dunia itu bagiku. Maka, berdoalah kepada Allah Subhana wa Ta’ala agar aku bisa hidup bersahaja di dunia serta senang di akhirat”, pinta Pangeran Ali.

Pangeran Ali memahami hadits dimana Rosulullah saw bersabda : "Barangkali orang yang rambutnya semrawut dan bajunya berdebu, serta selalu ditolak jika bertamu, jika ia bersumpah kepada Allah, niscaya Allah akan mengabulkannya." (HR. Muslim)

Kuli itupun berkata : “Wahai saudaraku tercinta, saya tidak punya kedudukan disisi Allah untuk bisa aku panjatkan doa, hanya saja sebahagian orang bijak berkata, ‘Barangsiapa takut terhadap sesuatu, maka ia akan bangun sepanjang malam. Karenanya, wajibkanlah terhadap dirimu setiap hari walaupun hanya sejenak untuk melakukan yang jelas bagi-Nya. Jika kamu mendahulukan yang demikian itu, maka dengan pertolongan Allah akan timbul suatu tekad yang kuat, dan akan selalu melakukannya. Kamu harus bertaqwa kepada Allah, mentaati dan menjauhi larangan-Nya”, ucap kuli itu.

Kemudian kuli itu mengangkat tangannya, dan sambil menengadahkan wajahnya, ‘Wahai Zat yang mengangkat langit dengan kekuatan-Nya, yang membentangkan bumi dengan kehendak-Nya, yang menciptakan makhluk dengan kemauan-Nya, yang bersemayam di Arsy dengan kekuasaan-Nya. Wahai raja di raja, yang Maha Perkasa, Tuhan bagi alam semesta, dan penguasa hari kiamat, aku memohon kepada-Mu dengan limpahan rahmat-Mu, kedermawanan-Mu dan kekuasaan-Mu,agar sudilah Engkau mengeluarkan rasa cinta duniawi dari hati hambamu, Abdullah Ali, berilah dia taufiq untuk dapat berbakti kepada-Mu dengan melakukan amal-amal yang Engkau tetapkan dapat memperoleh keridhaan-Mu, jauhkanlah dia dari maksiat-Mu, akhirilah kami dan dia dengan kerelaan-Mu, dan maaf-Mu, wahai Zat yang Maha Pengasih”, tambah kuli itu.

Mendengar untaian kata-kata doa kuli itu, Pangeran Ali berlinang air matanya, dan menangis sejadi-jadinya, lalu berkata kepada kuli itu. Dan, kuli itu dibiarkan pergi, meninggalkan istana.

Kuli itu bekerja dari pagi hari usai shalat shubuh, hingga sore hari, menafkahi ibunya yang sudah lumpuh, dan selalu menyertainya, di waktu malam hari. Kuli senantiasa berpuasa, dan berbuka bersama ibunya, dipetanghari. Terkadang kuli itu menggendong ibunya, ketika ia ingin keluar melihat matahari.

Kuli itu hidup sangat bersahaja dipedalaman Iraq. Setiap hari berjalan kaki, mencari pekerjaan untuk menghidupi ibunya. Di malam hari ia tetap shalat malam, tanpa henti. "Apakah diwaktu malam kamu tidak istirahat?", tanya Pangeran Ali. "Bila saya biarkan diriku istirahat di waktu malam, maka ia akan meninggalkan aku di hari kiamat dalam keadaan miskin", ucap kuli itu.
Di suatu malam, Pangeran Ali merenung dimana ia membandingkan makanan yang dimakan kuli, yang hanya roti kering, yang ditaburi dengan garam serta bumbu wewangian, dan tulang-tulang yang dagingnya sedikit, dan sudah kering, itulah yang dimakan kuli itu. Sedangkan yang dimakan Amirul Mukminin, Al-Makmun, hidangan yang bermacam-macam, hidangan roti yang sangat putih, bersih dan halus, yang disaring kain, dan yang tersisa hanya tinggal sarinya. Dan, roti itu dibakar dan diasapi dengan kayu qomary, yang baunya sangat harum, disertai beraneka daging, yang sangat lezat, tak ada bandingannya.

Di kemudian hari, suatu pagi, Pangeran Ali pergi meninggalkan istana, naik perahu pergi ke Basrah, dan pengawalnya disuruh pulang. Sejak itu, Pangeran Ali hidup layaknya gelandangan. Ia mengenakan pakaian yang kasar guna menutupi kulitnya yang bersih, lalu membeli talam yang bentuknya seperti kuli itu, dan meletakkan diatas pundaknya. Dia bekerja sesuai dengan kemampuannya, dan membawa tulang belulang, yang dimakannya setiap hari, dan roti kering, yang sudah lama.

Pangeran Ali disiang hari ia berpuasa, sambil berpuasa, dan tidak pernah meninggalkan shalat saatnya tiba. Putra Khalifah al-Makmun, yang paling disayangi itu, hidup dan tidur dari masjid ke masjid, berjalan tanpa alas kaki, meskipun terik matahari, yang membakar, dan kakinya pecah-pecah. Hal ini berlangsung bertahun-tahun, sampai ia jatuh sakit. Disaat ia merasa ajalnya akan tiba, maka ia tinggal disebuah penginapan. Sebelum meninggal, ia memanggil pemilik penginapan itu.

Berikan cincin ini kepada gubernurmu, kalau ia sedang lewat’. Tak lama, Pangeran Ali meninggal, saat itulah gubernur Basrah lewat, dan diberikan cincin dari Pangeran Ali itu. Dan, Gubernur Basrah mengetahui bahwa cincin itu, milik Pangeran Ali.

Disertai iringan para pengawal, jasad Pangeran Ali dibawa ke Istana, kemudian dimandikan, serta dikafankan kembali. Ketika dimakamkan Khalifah al-Makmun, berkata dengan lirih : “Wahai anakku, semoga Allah mengasihimu dan mengabulkan harapan dan cita-citamu. Sesungguhnya aku sangat berharap, semoga Allah memberikan kebahagiaan kepadamu”, ucap Khalifah al-Makmun. Lalu, Khalifah al-Makmun memerintahkan menutup kuburnya dengan tanah.

Beberapa hari sesudah kematian putranya, Khalifah al-Makmun, membuka gulungan wasiat putranya Pangeran Ali, dan memanggil Muhammad bin Saad untuk membacakan surah al-Fajr, sedangkan Khalifah al-Makmun menangis sampai pada ayat : "Sesungguhnya Tuhan-mu benar-benar mengawasi", maka disuruhnya Saad berhenti.
Dengan peristiwa kematian putranya itu, Amirul Mukminin setiap mengingatnya pasti menangis, dia senantiasa gelisah, dan tidak tertarik lagi dengn kelezatan dan nafsu dunia. Sang khalifah dimana pemimpin yang menjalankan dengan Qur'an dan Sunnah, ingin mendekat kepada Allah guna meraih kemenangan abadi dan sejati di akhirat.


 Rosulullah saw bersabda : "Sesungguhnya kamu diberi kemenangan dan dilimpahkan rizqi karena adanya orang orang lemah diantara kalian." (HR. Bukhari, Tirmidzi dan Abu Daud)
Berkata Al Manawi : Maksud hadist di atas adalah bahwa salah satu unsur kemenangan kaum msulimin adalah dengan doa orang orang yang fakir miskin,karena hati mereka biasanya lembut dan peka ( inkisar ) , sehingga lebih memungkinkan untuk di kabulkan. Maka sebelum meninggal Khalifah al-Makmun bersedekah sebanyak seribu dirham, memerintahkan untuk melepas para narapidana, menulis surat kepada semua gubernur dan pejabatnya, agar berbuat adil kepada rakyat, dan menghentikan kezaliman. Para ulama fiqh bergantian datang ke majelisnya untuk memberikan fatwa sekaligusnya menasehatinya. Sampai al-Makmun meniggal.


Tuesday, October 13, 2015

Pola Hidup Sehat Ala Rasulullah



Bismillah was shalatu was salamu ‘ala Rasulillah, amma ba’du,



Kesehatan merupakan nikmat Allah SWT yang tak terkira yang diberikan kepada hamba-Nya sebagai salah satu tanda kasih sayangNya demi memenuhi kebutuhan hidup manusia. 

Jika kondisi fisiknya tidak sehat, seseorang akan menghadapi hambatan yang lebih banyak dalam melakukan segenap aktivitas keseharian.Pada jaman modern yang serba cepat dan sibuk ini, nikmat sehat makin terasa dibutuhkan seiring dengan makin bertambah banyaknya tugas dan kesibukan seseorang. 

Agar mampu beribadah dan bekerja dalam kondisi yang serba sibuk ini, selayaknya seorang muslim memandang penting masaah kesehatan.Bagi seorang muslim, contoh terbaik dalam menjaga kesehatan adalah contoh diberikan oleh Rasulullah SAW. Rasulullah sangat jarang mengalami sakit meskipun mempunyai banyak aktivitas seperti berdakwah, beribadah, dan bahkan terjun langsung dalam peperangan, serta sering menghadapi hal-hal yang sangat menekan perasaan. 

Menurut beberapa sirah, selama hidupnya Rasulullah hanya sakit dua kali. Yaitu saat menerima wahyu pertama, ketika itu beliau mengalami ketakutan yang sangat sehingga menimbulkan demam hebat, dan yang satunya lagi menjelang beliau wafat. Saat itu beliau mengalami sakit yang cukup parah, hingga akhirnya wafat. Ada pula yang menyebutkan bahwa Rasulullah mengalami sakit lebih dari dua kali termasuk ketika sakit di tenung oleh seorang Yahudi dan di racun oleh seorang wanita Yahudi setelah perang Khaibar.
Mengapa Rasulullah jarang sakit? 
Pertanyaan yang sangat menarik untuk dikemukakan. Secara umum, Rasulullah SAW jarang sakit karena mampu mencegah hal-hal yang berpotensi mendatangkan penyakit. Dengan kata lain, beliau sangat menekankan aspek pencegahan daripada pengobatan. Banyak ayat-ayat AlQuran dan Sunnah yang mengemukakan upaya pencegahan penyakit. Dalam shahih Bukhari saja tak kurang dari 80 hadist yang membicarakan masalah ini. Belum lagi yang tersebar di dalam kitab Shahih muslim, Sunan Abu Dawud, Tirmidzi, Baihaqi, Ahmad, dan lain-lain.
Ada beberapa kebiasan Rasulullah SAW yang menjadikan beliau sangat sehat lahir batin, antara lain,
  • Tidur Sehat Ala Rasulullah


Ajaran Islam sebagai ajaran yang menyeluruh, memberikan tuntunan disegala sisi keidupan manusia, tidak terkeculai dalam hal tidur. Sebelum tidur biasakan membersihkan diri dengan berwudhu’ dan bersiwak (menggosok gigi). Meskipun Cuma tidur bukan berarti seenaknya saja. Tidurlah dengan pakaian yang pantas, jangan pakaian yang menyiksa raga seperti ketat dan menyesakan sehinggga mengganggu ketentraman tidur. 
Ada baiknya sebelum tidur membersihkan tempat tidur agar sangat nyaman. Jangan sampai lupa berdoa dan berdzikir. Dengan berdoa dan berzikir Insya Allah terhindar dari mimpi buruk.
Rasulullah tidur lebih awal dan bangun lebih awal. Rasulullah selalu mengajak umatnya agar selalu bangun sebelum waktu subuh serta melaksanakan sholat shubuh di masjid. Selain mendapat pahala, dengan berjalan ke masjid, kita akan menghirup udara subuh yang segar dan mengandung oksigen. 
Karena itu orang yang suka bangun pagi dan menghirup udara pagi mempunyai paru-paru yang lebih kuat dan sehat. Disamping itu, udara subuh dapat memperkuat pikiran dan menyehatkan perasaan. Keuntungan yang akan diperoleh adalah badan sehat, otak cerdas, penghidupan lapang dan mendapatkan kebaikan di dunia akhirat.
Sebelum tidur dianjurkan untuk berdoa, sebagaimana Rasulullah mencontoh doa sebelum tidur,
بِاسْمِكَ اللّهُمَّ أَحْيَاوَأَمُوتُ
"Dengan namaMu ya Allah, aku hidup dan aku mati."
(HR. Bukhari-Muslim).
Kemudian ketika bangun tidur kita juga dianjurkan untuk berdo’a,
اَلْحَمْدُ ِللهِ الَّذِى أَحْيَانَا بَعْدَمَا أَمَاتَنَا وَإِلَيْهِ النُّشُورُ
“Segala puji bagi Allah yang telah menghidupkan kami setelah Ia mematikan kami. Dan kepadaNyakita semua berkumpul” 
(HR. Bukhari)
Prinsipnya, cepat tidur dan cepat bangun. Beliau tidur di awal malam dan bagun pada pertenganhan malam kedua. Biasanya Rasulullah SAW bangun dan bersiwak, lalu berwudhu dan sholat sampai waktu diizinkan Allah. Beliau tidak pernah tidur melebihi kebutuhan. 
Penelitian yang dilakukan di Jepang dan di AS selama enam tahun dengan responden berusia 30 sampai dengan 120 tahun menyimpulkan bahwa orang yang biasa tidur lebih dari 8 jam sehari memiliki risiko kematian yang lebih cepat. Sangat berlawanan dengan mereka yang bisa tidur 6 – 7 jam sehari. Rasulullah SAW biasa tidur selepas Isya untuk kemudian bangun malam. Jadi beliau tidur tidak lebih dari 8 jam.
Cara tidur Rasulullahpun banyak akan makna. 
Ibnu Qoyyim, seorang intelektual Islam berkata, 
Barangsiapa yang memperhatikan pola tidur Rasulullah, niscaya ia akan memahami pola tidur yang benar dan paling bermanfaat untuk badan dan organ tubuh. 
Ibnu qayyim Al Jauziyyah dalam buku Metode Pengobatan Nabi mengungkapkan bahwa Rasul tidur dengan memiringkan tubuh kearah kanan, sambil berzikir kepada Allah hingga matanya terasa berat. Tekadang beliau memiringkan badannya kesebelah kiri sebentar,untuk kemudian kembali ke sebelah kanan. Tidur seperti ini merupakan tidur paling efisien.
Tiga manfaat yang dapat diambil dari posisi tidur miring ke kanan, yaitu;
a.    Menjaga saluran pernafasan
Tidur miring mencegah jatuhnya lidah ke pangkal yang dapat mengganggu saluran pernafasan. Tidur dengan posisi telentang, mengakibatkan saluran pernafasan terhalang oleh lidah. Yang juga mengakibatkan seseorang mendengkur. Orang yang mendengkur saat tidur menyebabkan tubuh kekurangan oksigen. 
Bahkan terkadang dapat mengakibatkan terhentinya nafas untuk beberapa detik yang akan membangunkannya dari tidur. Orang tersebut biasanya akan bangun dengan keadaan pusing karena kurangnya oksigen yang masuk ke otak. Tentunya ini sangat mengganggu kualitas tidur.
b.    Menjaga kesehatan jantung
Tidur miring ke kanan membuat jantung tidak tertimpa organ lainnya. Hal ini disebabkan karena posisi jantung yang lebih condong berada di sebelah kiri. Tidur bertumpu pada sisi kiri menyebabkan curah jantung yang berlebihan, karena darah yang masuk ke atrium juga banyak yang disebabkan karena paru-paru kanan berada di atas. Sedangkan paru-paru kanan mendapatkan pasokan darah yang lebih banyak dari paru-paru kiri.
c.    Menjaga kesehatan paru-paru
Paru-paru kiri lebih kecil dibandingkan dengan paru-paru kanan. Jika tidur miring ke sebelah kanan, jantung akan condong ke sebelah kanan. Hal ini tidak menjadi masalah karena paru-paru kanan lebih besar. Lain halnya jika bertumpu pada sebelah kiri,  jantung akan menekan paru-paru  kiri yang berukuran kecil, tentu ini sangat tidak baik.
Namun Rasullah juga terkadang miring ke kiri untuk sementara dan kemudian kembali lagi miring ke kanan.

  • Makan Sehat Ala Rasul


Allah berfirman dalam Al Qur’an surat Al A’raf ayat 31,
Hai anak Adam, kenakan pakaianmu yang indah disetiap memasuki masjid, makan dan minumlah dan janganlah berlebih-lebihan. Sesungguhnya allah tidak menyukai orang-orang yang belebih-lebihan.
Hal senada dapat ditemukan di surat Al Baqarah 168,
Hai sekalian manusia makan-makanlah yang halal lagi baik dariapa yang terdapatdi bumi dan jangan kamu mengikuti langkah-langkah syaitan, karena syaitan musuh yang nyata bagimu.
Sesungguhnya pangkal penyakit kebanyakan bersumber dari makanan. Maka tak heran bila Rasulullah memberi perhatian besar dalam masalah ini.
Prinsip pertama makanan dan minuman harus halal dan thoyib (baik). Maksudnya selain masuk kategori halal, maka makanan dan minuman kaum muslimin harus bersih dan mengandung kandungan gizi yang cukup.
Prinsip kedua seimbang, sederhana dan tak berlebihan. Rasulullah mengajarkan untuk makan tidak terlalu kenyang. Lambung cukup diisi dengan 1/3 makanan. 2/3-nya untuk minuman dan udara. 
Rasulullah bersabda, 
Anak Adam tidak memenuhkan suatu tempat yang lebih jelek dari perutnya. Cukuplah bagi mereka beberapa suap yang dapat memfungsikan tubuhnya. Kalau tidak ditemukan jalan lain, maka (ia dapat mengisi perutnya) dengan sepertiga untuk makanan, sepertiga untuk minuman, dan sepertiganya lagi untuk pernafasan. 
(HR. Ibnu Majjah dan Ibnu Hibban).
Rasulullah melarang untuk makan lagi sesudah kenyang. 
Kami adalah kaum yang tidak makan sebelummerasa lapar dan bila kami makan tidak pernah kekenyangan.
(HR. Bukhari-Muslim).
Suatu hari, di masa setelah wafatnya Rasulullah, para sahabat mengunjungi Aisyah ra. Waktu itu daulah islamiyyah sudah sedemikian luas dan makmur.
 Lalu, sambil menunggu Aisyah ra, para sahabat, yang sudah menjadi orang-orang kaya, saling bercerita tentang menu makanan mereka yang meningkat dan bermacam-macam. Aisyah ra, yang mendengar hal itu tiba-tiba menangis.
“Apa yang membuatmu menangis, wahai Bunda?” tanya para sahabat.
Aisyah lalu menjawab, “Dahulu Rasulullah tidak pernah mengenyangkan perutnya dengan dua jenis makanan. Ketika sudah kenyang dengan roti, beliau tidak akan makan kurma, dan ketika sudah kenyang dengan kurma, beliau tidak akan makan roti.” Dan penelitian membuktikan bahwa berkumpulnya berjenis-jenis makanan dalam perut telah melahirkan bermacam-macam penyakit. Maka sebaiknya jangan gampang tergoda untuk makan lagi, kalau sudah yakin bahwa Anda sudah kenyang.Salah satu makanan kegemaran Rasul adalah madu.
Beliau biasa meminum madu yang dicampur air untuk membersihan air liur dan pencernaan. Rasul bersabda, “Hendaknya kalian menggunakan dua macam obat, yaitu madu dan Alquran"
(HR. Ibnu Majjah dan Hakim).

Yang selanjutnya, Rasulullah tidak makan dua jenis makanan panas atau dua jenis makanan yang dingin secara bersamaan. Beliau juga tidak makan ikan dan daging dalam satu waktu dan juga tidak langsung tidur setelah makan malam, karena tidak baik bagi jantung. Beliau juga meminimalisir dalam mengonsumsi daging, sebab terlalu banyak daging akan berakibat buruk pada persendian dan ginjal. 

Pesan Umar ra, 
Jangan kau jadikan perutmu sebagai kuburan bagi hewan-hewan ternak!
Menu Harian Rasulullah,

Lepas dari subuh, Rasulullah membuka menu sarapannya dengan segelas air yang dicampur dengan sesendok madu asli. Khasiatnya luar biasa. 


Dalam Al qur’an, kata “syifa”/kesembuhan, yang dihasilkan oleh madu, diungkapkan dengan isim nakiroh, yang berarti umum, menyeluruh. Ditinjau dari ilmu kesehatan, madu berfungsi membersihkan lambung, mengaktifkan usus-usus, menyembuhkan sembelit, wasir, peradangan, serta menyembuhkan luka bakar.


Masuk waktu dhuha, Rasulullah selalu makan tujuh butir kurma “ajwa”/ matang. 
Sabda beliau, barang siapa yang makan tujuh butir kurma, maka akan terlindungi dari racun. 

Dan ini terbukti ketika seorang wanita Yahudi menaruh racun dalam makanan Rasulullah dalam sebuah percobaan pembunuhan di perang khaibar, racun yang tertelan oleh beliau kemudian bisa dinetralisir oleh zat-zat yang terkandung dalam kurma. Bisyir ibnu al Barra’, salah seorang sahabat yang ikut makan racun tersebut, akhirnya meninggal. Tetapi Rasulullah selamat. Apa rahasianya? Tujuh butir kurma!


Dalam sebuah penelitian di Mesir, penyakit kanker ternyata tidak menyebar ke daerah-daerah yang penduduknya banyak mengonsumsi kurma karena kurma memiliki zat-zat yang bisa mematikan sel-sel kanker. Maka tidak perlu heran kalau Allah menyuruh Maryam ra, untuk makan kurma di saat kehamilannya sebab bagus untuk kesehatan janin.
Dahulu, Rasulullah selalu berbuka puasa dengan segelas susu dan kurma, kemudian sholat maghrib. Kedua jenis makanan itu kaya dengan glukosa, sehingga langsung menggantikan zat-zat gula yang kering setelah seharian berpuasa. 

Glukosa itu sudah cukup mengenyangkan, sehingga setelah sholat maghrib, tidak akan berlebihan apabila bermaksud untuk makan lagi.


Menjelang sore hari, menu Rasulullah selanjutnya adalah cuka dan minyak zaitun. Tentu saja bukan cuma cuka dan minyak zaitunnya saja, tetapi dikonsumsi dengan makanan pokok, seperti roti misalnya. Manfaatnya banyak sekali, diantaranya mencegah lemah tulang dan kepikunan di hari tua, melancarkan sembelit, menurunkan kolesterol, dan memperlancar pencernaan. Ia juga berfungsi untuk mencegah kanker dan menjaga suhu tubuh di musim dingin.

Ada kisah menarik sehubungan dengan buah tin dan zaitun, yang Allah bersumpah dengan keduanya. Dalam Al-quran, kata “at tin” hanya ada satu kali, sedangkan kata “az zaytun” diulang sampai tujuh kali. Seorang ahli kemudian melakukan penelitian, yang kesimpulannya, jika zat-zat yang terkandung dalam tin dan zaitun berkumpul dalam tubuh manusia dengan perbandingan 1:7, maka akan menghasilkan “ahsni taqwim”, atau tubuh yang sempurna, sebagaimana tercantum dalam surat at tin. Subhanallah!

Di malam hari, menu utama Rasulullah adalah sayur-sayuran. Beberapa riwayat mengatakan, beliau selalu mengonsumsi sana al makki dan sanut. Secara umum sayur-sayuran memiliki kandungan zat dan fungsi yang sama, yaitu memperkuat daya tahan tubuh dan melindungi dari serangan penyakit.

Disamping menu wajib di atas, ada beberapa jenis makanan yang disukai Rasulullah tetapi beliau tidak rutin mengonsumsinya. Diantaranya tsarid, yaitu campuran antara roti dan daging dengan kuah air masak (kira-kira seperti bubur ayam). Beliau juga senang makan buah yaqthin atau labu manis, yang terbukti bisa mencegah penyakit gula. Kemudian beliau juga senang makan anggur dan hilbah.

Sekarang masuk pada tata cara mengonsumsinya. Ini tidak kalah pentingnya dengan pemilihan menu. Sebab setinggi apa pun gizinya, kalau pola konsumsinya tidak teratur, akan buruk juga akibatnya. Yang paling penting adalah menghindari isrof (berlebihan).

Rasulullah bersabda, 
“Cukuplah bagi manusia untuk mengonsumsi beberapa suap makanan saja untuk menegakkan tulang sulbinya (rusuknya).”

Makanlah dengan sikap duduk yang baik yaitu tegap dan tidak menyandar, karena hal itu lebih baik bagi lambung, sehingga makanan akan turun dengan sempurna. Rasulullah bersabda, “Sesungguhnya aku tidak makan dengan bersandar.”Prinsip ketiga berpuasa. Sebulan dalam setahun, umat Islam diwajibkan bukan saja dengan mencapai ketaqwaan tetapi juga ksehatannya dapat terjaga.
“Berpuasalah kamu supaya sehat tubuhmu” (HR. Bukhari)
Puasa akan membawa kita pada kesehatan yang sangat luar biasa. Secara fisiologis, puasa sangat erat kaitannya dengan kesehatan tubuh manusia. Saluran pencernaan manusia tempat menampung dan mencerna makanan, merupakan organ dalam yang terbesar dan terberat di dalam tubuh manusia. Sistem pencernaan tersebut tidak berhenti bekerja selama 24 jam dalam sehari. Banyak hasil penelitian modern yang memaparkan bahwa puasa sangat menyehatkan. Diantaranya, memberikan istirahat fisiologis menyeluruh bagi sistem pencernaan dan sistem syaraf pusat, menormalisasi metabolisme tubuh, menurunkan kadar gula darah, mengikis lipid “jahat” (cholesterol), detoksifikasi (membuang racun dari tubuh), dan lain sebagainya.
Selain itu, diajarkan juga kepada kita agar senantiasa berdo’a baik sebelum maupun sesudah makan.

Doa sebelum makan,



اَللهُمَّ بَارِكْ لَنَا فِيْمَا رَزَقْتَنَا وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ
“Ya Allah, berkahilah untuk kami, pada apa yang telah Engkau rizkikan kepada kami, dan periharalah kami dari api neraka”

(Al-Hadist)
Doa sesudah makan:


الْحَمْدُ للهِ الَّذِي أَطْعَمَنَا، وَسَقَانَا، وَجَعَلَنَا مُسْلِمِينَ
“Segala puji bagi Allah yang telah memberi makan dan minum kami, serta menjadikan kami orang-orang muslim”

(HR. Abu Dawud dan Tirmidzi).



  • Olahraga Sehat Ala Rasul
Olahraga merupakan kegiatan menggerakan seluruh anggota tubuh secara teratur, sehingga otot-otot menjadi kuat, persendian tidak kaku, dan aliran darah berjalan lebih lancar ke semua jaringan dan organ-organ tubuh. Rasulullah SAW menganjurkan semua muslim berolahraga secara rutin sebagai upaya untuk menjaga kesehatan dan kesegaran jasmani. Sabda beliau, 
Ajarilah anakmu (olahraga) berenang dan memanah 
(HR.Dailami)
Olahraga yang dilakukan secara rutin dapat menunjang perkembangan jiwa. Meningkatkan ketrampilan dan pertumbuhan badan.selain untuk menjaga stamina olahraga berfungsi untuk memperkuat daya tahan tubuh, sehingga tidak mudah terserang penyakit.
Dalam keseharian, bila perjalanan jarak pendek, Rasullah selalu berjalan kaki, yaitu dari rumah ke masjid, dari masjid ke pasar dan dari pasar ke rumah-rumah sahabat. Bahkan beliau berjalan kaki ketika mengunjungi makam pahlawan di Baqi sekitar tiga kilometer dari pusat kota Madinah, baik pada waktu terik matahari maupun malam. Beliau tidak suka hidup manja. Sebab ketika berjalan kaki keringat mengalir di sekjur badan, pori-pori kulit terbuka dan peredaran darah berjalan nomal sehingga terhindar dari penyakit jantung. Ingatlah mencegah itu lebih baik daripada mengobati.

  • Bersih Sehat Ala Rasulullah


Beliau senantiasa nampak rapi dan bersih walaupun pakaian yang beliau miliki tak lebih dari dua salinan. Tak pernah ada bintik-bintik hitam atau kuning pada sorbannya. Sedang gamisnya selalu putih bersih. Tiap hari kamis atau jumat beliau mencukur rambut-rambut halus yang tumbuh di bagian pipi. Kuku juga dipotong setiap pekan. Rambut yang panjang selalu tersisir rapi pada waktu tertentu, beliau mengoleskannya dengan sejenis minyak wangi. Gigi beliau putih dan berbaris rapi.

Beliau bersabda,
Gosoklah gigimu berulang-ulang sebab hal itu membersihkan mulut dan disukai Allah.
Rasulullah menggosok gigi bukan hanya setelah bangun tidur tapi juga setiap habis makan dan setiap hendak sholat. Pada hari Jum'at disunahkan untuk mandi sebelum pergi ke masjid. Nabi bersabda:
Mandi hari jumat adalah wajib bagi setiap orang dewasa. Demikian pula menggosok gigi dan memakai harum-haruman.
(HR Muslim)
Bukan saja dikala hendak melakukan sholat, diluar sholat pun setiap muslim harus memperhatikan kebersihan diri. Rasulullah menjaga kebersihan bukan hanya karena ingin sehat tapi juga merindukan kasih saying Allah.

  • Tidak Marah Ala Rasulullah
Suatu riwayat menceritakan bahwa seorang untusan dari Bani Nadhir menemui Rasulullah untuk minta nasehat yang pendek dan dengan melaksanakan nasehat pendek itu, ia ingin masuk surga sehingga terlepas dari siksa neraka. 

Nabi memberi nasehat pendek
“Jangan Marah”
“Ulangi nasehatmu ya Rasulullah!”
“Jangan Marah”
“Sekali lagi ya Rasulullah!”
“Jangan Marah”
Siapa yang tidak pemarah hatinya aka tenteram, jika rasa marah tumbuh segeralah dihilangkan dengan,

- Merubah posisi, misalnya jika marah timbul ketika sedang berdiri maka duduklah, jika sedang duduk maka berbaringlah.
- Segeralah berwudhu dan mengerjakan sholat sunah dua rakaat.

  • Tak Pernah Iri Hati Ala Rasulullah
Iri hati adalah saudara kandung dari buruk sangka. Misal, timbul kecemasan dan kegelisahan dalam diri seseorang jika temannya memperoleh kehidupan yang lebih baik atau pangkat yang lebih tinggi. Hati Rasulullah selalu tenteram dan tak pernah membenci siapapun. 

Beliau bersabda,
Tak kan masuk surga siapa pun yang gemar memburuk-burukan nama orang lain.
(HR. Abu Dawud)
Hanya dalam dua hal umat Islam boleh bersikap iri. Sabda Rasulullah:
Tak boleh bersikap iri kecuali dalam dua hal. Pertama terhadap orang yang memiliki kekayaan dan mempergunakannya untuk menegakkan yang haq. Kedua terhadap orang yang memiliki pengetahuan dan rajin menyebarkannya pengetahuannya itu kepada orang banyak.
(HR.Bukhari)
Adanya keimanan dalam diri seseorang akan memiliki sikap hidup ikhlas dan sabar. Kedua sikap hidup tersebut merupakan kunci kebahagiaan. Hilangnya rasa ikhlas dan sabar. Kedua sikap hidup tersebut merupakan kunci kebahagiaan. 

Hilangnya rasa ikhlas dan sabar akan menyebabkan penyakit yang kita kenal dengan sebutan stres. Apabila stress telah menghinggapi seseorang maka dia akan menjadi lemah yang akhirnya mudah terserang penyakit. 


Wallahu a’lam bi shawab.


-------------------------------------------

Direvisi oleh : Topik Islam