Mengapa Hatiku Membatu?Diantara do’a Rasulullah SAW adalah memohon perlindungan kepada Allah SWT dari hati
yang tidak khusyu’. “Ya Allah… aku berlindung kepada-MU dari ilmu yang tidak manfaat, dari hati yang tidak khusyu’, dari hawa nafsu yang tidak pernah merasa kenyang dan dari do’a yang tidak dikabulkan.” (HR. Muslim).
Hati yang tidak khusyu’ itu adalah hati yang keras, hati yang keras itu adalah hati yang jauh dari Allah SWT. Hati yang sudah jauh dari Allah SWT itu hatinya telah tertutup rapat dengan penyakit-penyakit hati artinya tidak mau menerima nasihat dari siapa pun juga, sehingga amal perbuatan penuh maksiat kepada Allah SWT. Padahal kalau ingin menjadi orang yang selamat itu ia harus menyesali perbuatan dosanya dan menangis serta memohon ampunan kepada Allah SWT.
Sebab-sebab hati menjadi keras itu adalah :
Pertama, Lemahnya Iman
Lemah iman menjadi penyebab kerasnya hati dan mengurangi rasa takutnya kepada Allah SWT, sehingga jika sudah hilang rasa takutnya kepada Allah SWT, maka ia tidak merasa lagi diawasi, tidak diperhatikan oleh Alllah SWT maka amal perbuatan penuh dengan maksiat.
Bagi kita sebagai seorang muslim menjadi keharusan keharusan kalau sudah merasa imannya itu lemah, sesegera mungkin untuk mengobatinya dengan cara di antaranya: membaca serta merenungi Al Qur’an, takut akan siksa Allah SWT, bertaubat, mengingat mati dan akhirat serta takut akan su’ul-khatimah.
Kedua, Kritisnya Pendidikan Yang Benar.
Menuntut ilmu yang benar itu adalah salah satu kewajiban seorang muslim agar senantiasa dalam amal perbuatannya itu sesuai dengan ketentuan Allah SWT dan Rasul-Nya. Karena dengan ilmu dan amal yang benar itu akan mendekatkan diri kepada Allah SWT, tapi kalau sebaliknya akan menjauhkan diri dari Allah SWT. Dan perlu diketahui bahwa sebelum kita mengerjakan suatu amalan kita wajib, terlebih dahulu mengetahui dulu ilmunya, baik masalah dunia atau masalah agama.
Ketiga, Terbiasa di Lingkungan Yang Buruk
Jika seseorang tinggal di lingkungan yang buruk dan tidak ada suasana iman seperti, dengan orang-orang yang membanggakan perbuatan maksiat, minuman keras, berjudi, menggunjing, jauh dari majelis Al Qur’an, dari masjid dan jauh dari teman yang saleh, dan ibadah-ibadah yang lainnya, maka kondisi ini akan mengubah hati sesorang menjadi keras dan mundur dari iman serta akan kembali kepada perbuatan maksiat.
Keempat, Berteman dengan Orang-orang Yang Buruk dan Sering Tertawa
Pergaulan itu merupakan salah satu faktor yang akan menentukan sikap seseorang, kalau bergaul dengan orang baik maka akan terbawa baik dan kalau bergaul dengan orang yang kurang baik maka ia pun akan terbawa kurang baik, maka oleh karena itu kalau kita ingin bersahabat, berteman atau ingin bergaul, harus dengan orang baik jangan sampai dengan orang yang buruk tentunya kalau kita bersa habat dengan orang yang buruk hati kita akan menjadi keras karena akan dipengaruhi dengan hal-hal yang buruk.
Rasulullah SAW bersabda: “Seseorang itu mengikuti din (akhlaq, agama, kebiasaan) teman akrabnya, maka hendaknya seseorang melihat siapa yang dijadikan teman akrabnya.” (HR. Abu Dawud, At-Tirmidzi dan Ahmad).
Jadi kalau kita ingin tahu kebiasaan seseorang maka perhatikan saja dengan siapa ia berteman, kalau ia bersahabat dengan orang baik maka ia pun terbawa baik, begitu juga sebaliknya kalau ia bergaul dengan orang buruk maka ia akan terbawa buruk pula.
Kelima, Terbiasa Meninggalkan Kewajiban, Melakukan Maksiat, dan Meremehkan Dosa
Dosa adalah penghalang kepada seseorang untuk menuju dan mendapat ridho Allah SWT, sekecil apapun yang namanya dosa itu harus ditinggalkan kalau tidak, akan menjadikan hati menjadi keras kalau hati sudah keras akan sulit untuk melaksanakan kewajiban dan pasti akan terbiasa melaksanakan perbuatan maksiat dan melaksanakan dosa pun menjadi terbiasa pula.
Rasulullah SAW bersabda: “Jauhilah dosadosa yang dianggap kecil, karena dosa-dosa itu akan berhimpun pada seseorang sehingga akan membinasakannya.” (HR. Ahmad).
Keenam, Tertipu dan Membanggakan Diri
Ujub atau membanggakan diri sendiri termasuk yang dominan akan mengeraskan hati seseorang, karena orang yang ujub tidak mau bersama-sama dengan orang alim, orang-orang saleh, tidak mau menerima nasihat dari mereka karena sudah merasa dengan apa-apa yang mereka miliki karena mereka membanggakan dirinya (ujub).
Rasulullah SAW memberi peringatan akan bahayanya ujub, beliau bersabda: ”Perkara-perkara yang akan membinasakan ialah: kebakhilan dan kerakusan yang ditaati, hawa nafsu yang diikuti, dan kebanggaan seseorang terhadap dirinya sendiri.” (HR. Al Bazar dan Al Baihaqi).
Oleh karena itu, seseorang harus mengobati jiwanya dengan membuang rasa bangga terhadap diri sendiri kemudian bersikap tawadhu, takut serta memperbaiki aibnya dan bertaubat kepada Allah swt.
Ketujuh, Lalai
Lalai merupakan penyakit yang berbahaya, jika seseorang sudah terasuki penyakit ini dan bersarang dalam jiwanya maka anggota badan yang lainnya akan terpengaruhi, padahal setiap muslim dituntut untuk lebih giat dalam setiap hal ibadah kepada Allah SWT. Sehingga orang yang shalat pun tapi lalai dalam shalatnya ia diancam dengan neraka Wail.
Orang yang lalai hatinya akan menjadi keras dan kalau sudah keras maka akan sulit untuk menerima nasihat, obat untuk yang lalai ialah dzikrullah (mengingat Allah SWT), membaca kitabullah serta men-tadabbur-nya isinya dan mengambil ‘itibar dari peristiwa-peristiwa yang akan dihadapinya seperti kematian, sakaratul maut, alam kubur, Padang Mahsyar, timbangan amal, shirat, surga dan neraka.
Kedelapan, Terlalu Cinta Dunia dan Panjang Angan-angan
Mencintai dunia dengan berlebih-lebihan, tenggelam di dalamnya, panjang angan-angan dan dunia dijadikan sebagai tujuan hidupnya, segala sesuatu itu diukur dengan keduniaan sehingga dunia mendapat porsi yang utama dalam hidupnya maka ini akan menjadikan hati menjadi keras.
Dan perlu diketahui penyebab hati menjadi keras masih ada yang tak bisa disampaikan di sini secara panjang lebar, di antaranya, banyak tertawa, banyak makan dan lain-lain.
Semoga kita semua diberi kemampuan untuk menjauhi perbuatan yang mengakibatkan hati menjadi mati. Aamiin...
Dikutip dari : Tausyiah Ustad Fuad Hasyim
0 comments:
Post a Comment