Saturday, December 12, 2015

Supernya Sunnah Nabi



Alhamdulillah, kita masih dapat bertemu lagi dengan Sobat Topik Islam. 

Maaf atas keterlambatannya. Sekarang, Topik Islam akan membahas tentang 'Supernya Sunnah Nabi', beberapa Sunnahnya serta manfaatnya yang super ;

1. Buang Air Besar duduk, beresiko tinggi terkena wasir/ambeien. 
BAB jongkok lebih bersih dan menyehatkan, dan yang terpenting itu adalah SUNNAH.

2. Kencing berdiri beresiko prostat dan batu ginjal. 
Kencing jongkok lebih bersih dan menyehatkan, dan yang terpenting itu adalah SUNNAH.


3. Enzim di tangan membantu makanan lebih mudah dicerna. 
Dibanding dengan besi, kayu, atau plastik, makan dengan tangan lebih bersih, fitrah dan menyehatkan, dan yang terpenting itu adalah SUNNAH.

4. Makan dan minum berdiri dapat mengganggu perncernaan. 
Dengan duduk lebih santun dan menyehatkan, dan yang terpenting itu adalah SUNNAH.

5. Makan di kursi, masih kurang menyehatkan. Duduklah di lantai.
Dengan duduk di lantai, tubuh akan membagi perut menjadi 3 ruang: udara, makanan dan air, dan yang terpenting itu adalah SUNNAH.

6. Makan buah setelah makan (cuci mulut) kurang bagus bagi lambung, karena ada reaksi asam. 
Yang sehat adalah makan buah sebelum makan, membantu melicinkan saluran pencernaan dan membuatnya lebih siap, dan yang terpenting itu adalah SUNNAH.

7. Tidur tengkurep tidak bagus untuk kesehatan, bahkan itu tidurnya syetan. 
Tidur menghadap kanan lebih menyehatkan, dan yang terpenting itu adalah SUNNAH.

8. Selalu dalam keadaan berwudhu.
Wudhu juga memiliki peran yang penting bagi kesehatan, hingga kanker, dan yang terpenting itu adalah SUNNAH.


9. Shalat Dhuha.
Mari biasakan shalat dhuha, minimal 2 rakaatlah kalau belum biasa biar ngga kerasa berat. Shalat dhuha udah bisa kamu lakukan sejak matahari naik sedikit hingga menjelang waktu shalat dhuhur. Dan yang terpenting itu adalah SUNNAH.

[Baca : Kelebihan Shalat Dhuha]

10. Dzikir selalu.
Rasulullah  bersabda, ”Perumpamaan orang yang berdzikir kepada Tuhannya dan orang yang tidak berdzikir, seperti orang yang hidup dan orang yang mati.” (HR. Bukhari).

Kamu tentu ngga mau dianggap sebagai orang mati (dia hidupkan ngga dianggap ada) di hadapan Allah kan? Ayo, dan yang terpenting adalah SUNNAH.


Banyak Rahasia Sunnah yang telah diteliti para pakar, dari segi hikmah, manfaat, dan kesehatan. Benarlah yang dikatakan: Di Balik Dunnah Ada Kejayaan. Bagi kita, jika misalnya belum tahu manfaatnya, terus saja semangat mengikuti adab dan tuntunan Rasul. Manfaat itu efek samping, motivasi utamanya adalah mengikuti adab dan tuntunan Rasul.
Seorang dokter Eropa berkata: jika semua manusia mengamalkan 3 sunnah saja (sunnah makan, sunnah di Kamar Mandi, dan sunnah tidur), maka harusnya saya berhenti jadi dokter karena tidak ada pasien..

Subhanallah....
Cintailah sunnah Nabi, tidak hanya adab2 sehari tapi seluruh apa yang telah Rasullah tetapkan dalam Dien Islam .. "Mau yg disukai atau tidak".

-

Rahasia Wudhu bagi Kesehatan



Ibadah wudhu tampaknya sepele dan mudah dilakukan. Karena itu, banyak umat Islam yang memandangnya biasa-biasa saja. Padahal, bila wudhu dikerjakan tidak sempurna, shalatnya pun tidak akan diterima (HR. Bukhari No 135 dan Muslim No 224-225).

Kendati sederhana, manfaatnya sangat besar. Itulah yang dibuktikan oleh para ahli kesehatan dunia. Salah satunya adalah Prof Leopold Werner von Ehrenfels, seorang psikiater sekaligus neurolog berkebangsaan Austria. Ia menemukan sesuatu yang menakjubkan dalam wudhu karena mampu merangsang pusat syaraf dalam tubuh manusia. Karena keselarasan air dengan wudhu dan titik-titik syaraf, kondisi tubuh senantiasa akan sehat. Dari sinilah ia akhirnya memeluk Islam dan mengganti namanya menjadi Baron Omar Rolf Ehrenfels.

Ulama fikih juga menjelaskan hikmah wudhu sebagai bagian dari upaya untuk memelihara kebersihan fisik dan rohani. Daerah yang dibasuh dalam air wudhu-seperti tangan, daerah muka termasuk mulut, dan kaki --memang paling banyak bersentuhan dengan benda-benda asing, termasuk kotoran. Karena itu, wajar kalau daerah itu yang harus dibasuh.

Mokhtar Salem dalam bukunya Prayers a Sport for the Body and Soul menjelaskan, wudhu bisa mencegah kanker kulit. Jenis kanker ini lebih banyak disebabkan oleh bahan-bahan kimia yang setiap hari menempel dan terserap oleh kulit. Kemudian, apabila dibersihkan dengan air (terutama saat wudhu), bahan kimia itu akan larut. Selain itu, jelasnya, wudhu juga menyebabkan seseorang menjadi tampak lebih muda.

Berbagai penelitian ilmiah telah membuktikan bahwa munculnya penyakit kulit disebabkan oleh rendahnya kebersihan kulit. Karena itu, orang yang memiliki aktivitas padat (terutama di luar ruangan) disarankan untuk sesering mungkin membasuh atau mencuci anggota badannya yang terbuka, seperti kepala, muka, telinga, hidung, tangan, dan kaki.

Sebab, penyakit kulit umumnya sering menyerang permukaan kulit yang terbuka dan jarang dibersihkan, seperti di sela-sela jari tangan, kaki, leher, belakang telinga, dan lainnya. Karena itu, Mochtar Salem memberi saran agar anggota tubuh yang terbuka senantiasa dibasuh atau dibersihkan dengan menggunakan air.

Rasul Saw menyatakan, wajah orang yang berwudhu itu akan senantiasa bercahaya. Rasulullah akan mengenalinya nanti pada hari kiamat karena bekas wudhu. 
"Umatku nanti kelak pada hari kiamat bercahaya muka dan kakinya karena bekas wudhu."

Muhammad Kamil Abd Al-Shomad, yang mengutip sumber dari Al-I'jaz Al-Ilmiy fi Al-Islam wa Al-Sunnah AlNabawiyah, menjelaskan bahwa manfaat semua hal yang diperintahkan dalam wudhu sangatlah besar bagi tubuh manusia. Mulai dari membasuh tangan dan menyela-nyela jari, berkumur-kumur, memasukkan air ke dalam lubang hidung, membasuh muka, membasuh kedua tangan sampai siku, mengusap kepala, membasuh telinga, hingga membasuh kaki hingga mata kaki.

Buya Hamka (Haji Abdul Malik Karim Amrullah) dalam bukunya Lentera Hidup menuliskan keutamaan wudhu. "Sekurang-kurangnya lima kali dalam sehari-semalam setiap Muslim diperintahkan untuk berwudhu dan mengerjakan shalat. Meskipun wudhu belum lepas (batal), disunahkan pula memperbaruinya. Oleh ahli tasawuf, diterangkan pula hikmah wudhu itu. Mencuci muka artinya mencuci mata, hidung, mulut, dan lidah kalau-kalau tadinya berbuat dosa ketika melihat, berkata, dan makan.

Mencuci tangan dengan air dalam hati dirasa seakanakan membasuh tangan yang telanjur berbuat salah. Membasuh kaki dan lain-lain demikian pula. Mereka memperbuat hikmat-hikmat itu meskipun dalam hadis dan dalil tidak ditemukan.

Tujuannya adalah supaya manusia jangan membersihkan lahirnya saja, sementara batinnya masih tetap kotor. Hati yang masih tamak, loba, dan rakus, kendati sudah berwudhu, maka wudhunya lima kali seharisemalam itu berarti tidak berbekas dan tidak diterima oleh Allah SWT, dan shalatnya pun tidak akan mampu menjauhkan dirinya dari perbuatan fakhsya' (keji) dan mungkar (dibenci)."


Buya Hamka menambahkan, wudhu itu dapat menyehatkan badan. "Bukanlah kita hidup ini untuk mencari pujian dan bukan pula supaya kita paling atas di dalam segala hal. Meskipun itu tidak kita cari, kalau kita senantiasa menjaga kebersihan, kita akan dihormati orang juga."

Mencegah penyakit Bila kita mencermati dan mempelajari sejarah hidup Rasulullah SAW, seperti yang diungkapkan Muhammad Husein Haykal dalam bukunya Hayatu Muhammad, sepanjang hidupnya Rasulullah SAW tak pernah menderita penyakit, kecuali saat sakaratul maut hingga wafatnya. Hal ini menunjukkan bahwa wudhu dengan cara yang benar niscaya dapat mencegah berbagai macam penyakit.

Menurut sejumlah penelitian, berwudhu itu dapat menghilangkan berbagai macam penyakit. Misalnya, penyakit kanker, flu, pilek, asam urat, rematik, sakit kepala, telinga, pegal, linu, mata, sakit gigi, dan sebagainya.

Dalam penelitian yang dilakukan Muhammad Salim tentang manfaat wudhu untuk kesehatan, terungkap bahwa berwudhu dengan cara yang baik dan benar akan mencegah seseorang dari segala penyakit. Dalam penelitiannya itu, Muhammad Salim juga menganalisis masalah kesehatan hidung dari orang-orang yang tidak berwudhu dan yang berwudhu secara teratur selama lima kali dalam sehari untuk mendirikan shalat.

Salim mengambil zat dalam hidung pada selaput lendir dan mengamati beberapa jenis kumannya. Pekerjaan ini ia lakukan selama berbulan-bulan. Berdasarkan analisisnya, lubang hidung orang-orang yang tidak berwudhu memudar dan berminyak, terdapat kotoran dan debu pada bagian dalam hidung, serta permukaannya tampak lengket dan berwarna gelap.

Adapun orang-orang yang teratur dalam berwudhu, ungkap Salim, permukaan rongga hidungnya tampak cemerlang, bersih, dan tidak berdebu. "Sesungguhnya, cara berwudhu yang baik adalah dimulai dengan membasuh tangan, berkumur-kumur, lalu mengambil air dan menghirupnya ke dalam hidung kemudian mengeluarkannya. Langkah ini hendaknya dilakukan sebanyak tiga kali secara bergantian," kata Salim.

Dari penelitiannya ini pula, Muhammad Salim berhasil meraih gelar master dari Fakultas Kedokteran Universitas Iskandariyah, Kairo, Mesir. Jauh sebelum adanya penelitian ini, Rasul SAW pernah bersabda, "Sempurnakan wudhu, lakukan istinsyaq (memasukkan air ke hidung), kecuali jika kamu berpuasa." 




Ibadah wudhu tampaknya sepele dan mudah dilakukan. Karena itu, banyak umat Islam yang memandangnya biasa-biasa saja. 


-
Sumber : Republika.co.id

Monday, November 9, 2015

Syarat Diterimanya Istighfar



Agar diterima dalam memohon ampunan, ada beberapa syarat yang harus dipenuhi oleh seseorang yang memohon ampunan. Di antara firman Allah yang secara menyeluruh meletakkan syarat-syarat dalam memperoleh ampunan dari dosa-dosa adalah ayat berikut :

واني لغفار لمن تاب وامن وعمل صالحا ثم اهتدى

"Dan sesungguhnya Aku Maha Pengampun bagi orang yang bertaubat, beriman, beramal saleh, kemudian tetap di jalan yang benar." (QS. Thaahaa : 82)

1. Syarat pertama adalah bertaubat, dengan cara-cara sebagai berikut:

  • Meninggalkan kemaksiatan yang dilakukannya
  • Menyesali perbuatannya
  • Bertekad kuat untuk tidak mengulangi lagi selama-lamanya
  • Jika terkait dengan hak-hak orang lain maka hendaklah ia mengembalikannya kepada yang memilikinya
Taubat adalah satu-satunya perbuatan yang dapat menyebabkan semua dosa-disa diampuni. Taubat dapat menghapus apa yang datang sebelumnya atau dosa-dosa terdahulu. Allah mengampuni dosa orang-orang yang bertaubat meskipun sebanyak buih di lautan, sebagaimana firman Allah Swt :

قل يا عبادي الذين اسرفوا على انفسهم لا تقنطوا من رحمة الله ان الله يغفر الذنوب جميعا انه هو الغفور الرحيم

"Katakanlah: "Hai hamba-hambaku-Ku yang melampaui batas terhadap diri mereka sendiri, janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya Allah mengampuni dosa-dosa semuanya. Sungguh Dialah Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang." (QS. Az-Zumar : 53)

2. Syarat kedua, seseorang yang memenuhi persyaratan Allah dalam bertaubat adalah orang yang sungguh-sungguh beriman kepada Allah, para Malaikat-Nya, Kitab-kitab-Nya dan Rasul-rasul-Nya, dan beriman kepada seluruh rukun iman.

3. Syarat ketiga bagi seseorang yang memohon ampunan Allah adalah orang yang beramal saleh. Ia melakukan kesalahan itu setelah bertaubat, baik itu berupa kesalehan pribadi maupun sosial.

4. Syarat keempat adalah tetap berada di jalan yang benar. Orang yang bertaubat tetap teguh di jalan yang benar, tidak memutuskannya dan tidak berpaling darinya. Dia tetap di atasnya sampai ia meninggal. Barangsiapa yang melakukannya, Allah akan mengampuni dosanya dan menutupi kesalahannya. Dia adalah salah satu di antara orang-orang yang mendapatkan ampunan Allah Ta'ala.

Inilah cara terbaik dalam memohon ampunan seorang hampa kepada Rabb-nya. Oleh karena itu, kita harus menempatkan betapa pentingnya untuk menghafalkan surat Thaahaa ayat 82 di atas, dengan memahami maknanya dan beramal atasya.

-

Saturday, November 7, 2015

Sejarah Adzan, Menghindari Penyerupaan Yahudi Nasrani



Saat pertama disyari'atkan shalat, kaum muslim di Madinah belum mengenal panggilan ibadah sehingga mereka tidak bisa mengetahui batasan masuk waktu shalat. Karena itu pada suatu hari di tahun kedua Hijriyah Rasul Saw segera mengumpulkan para sahabat untuk bermusyawarah bagaimana cara memberi tahu masuknya waktu shalat dan mengajak orang-orang agar berkumpul di masjid untuk melakukan shalat berjama'ah.

Pada awalnya ada beberapa sahabat yang mengusulkan supaya mengibarkan bendera setiap memasuki waktu shalat. Apabila benderanya telah berkibar, hendaklah orang yang melihatnya memberitahu kepada umum. Rasul Saw tidak menyetujui. Selanjutnya sahabat lain mengusulkan supaya meniup terompet. Cara inipun tidak disetujui Rasul Saw, karena itu menyerupai perilaku kaum Bani Israil setiap kali akan menjalankan peribadatan mereka.
Selanjutnya ada sahabat lain mengusulkan dibunyikan lonceng. Inipun ditolak oleh Rasul Saw, karena lonceng menjadi simbol orang Nasrani setiap akan menunaikan peribadatan. Kemudian ada yang menyarankan untuk menyalakan api manakala waktu shalat tiba. Tujuannya agar orang-orang bisa dengan mudah melihat ke tempat itu, atau setidaknya, asapnya bisa dilihat orang walaupun ia berada  di tempat jauh. Yang melihat api aitu dinyalakan, hendaklah datang menghadiri shalat berjama'ah.

Untuk yang sekian kalinya Rasulullah Saw menolak karena ini juga menyerupai kamu Majusi setiap akan melakukan penyembahan kepada dewa api. Setelah sekian lama terdiam tiba-tiba Umar bin Khattab mengusulkan agar Rasul Saw menunjuk salah seorang agar bertindak sebagai pemanggil kaum Muslim untuk shalat pada setiap masuknya waktu shalat. Saran tersebut diterima Nabi Muhammad Saw dan semuanya yang hadir pada saat itu.

Adapun lafal adzan dan iqamah berasal dari salah satu hadits yang diriwayatkan Abu Dawud, yang mengisahkan bahwa Abdullah bin Abbas berkata : "Ketika cara memanggil kaum muslimin untuk shalat dimusyawarahkan, suatu malam dalam tidurku aku bermimpi. Aku melihat ada seseorang sedang menenteng sebuah lonceng. Aku dekati orang itu dan bertanya, "Apakah ia bermaksud akan menjual lonceng itu? Jika memang begitu, aku memintanya untuk menjual kepadaku saja". Orang tersebut justru bertanya,"Untuk apa?" Aku menjawabnya, "Bahwa dengan membunyikan lonceng itu, kami dapat memanggil kaum muslim untuk menunaikan shalat". Orang itu berkata, "Maukah kamu kuajari cara yang lebih baik?". Dan aku menjadwab,"ya" dan dia berkata lagi dengan suara yang amat lantang dengan mengucap lafal Allahu Akbar hingga La ilaha illallah.

Keesokan harinya aku bangun lalu menemui Nabi Saw lalu menceritakan perihal mimpi itu. Nabi Saw menjawab, "Itu mimpi yang sebetulnya nyata. Rupanya Umar bin Khattab juga memimpikan demikian. Lalu disuruhlah Bilal bin Rabbah untuk mengumandangkan adzan seperti itu.

Kenapa Rasul menolak usulan-usulan para sahabat selain dari Umar? Hal ini menandakan berapa Nabi Saw sangat menghindari penyerupaan dengan kaum Yahudi dan Nasrani dalam hal peribadatan. Beliau ingin menunjukkan agar dakwahnya benar-benar murni dan tasyabuh. Dan beliau sangat mengkhawatirkan jika sedikitpun ada penyerupaan maka umatnya kelak akan semakin terjerumus ke dalam penyerupaan-penyerupaan tata cara kaum kafir. Atau akan semakin menambah tata cara ibadah seperti halnya Yahudi dan Nasrani seperti yang sering kita lihat sekarang ini.

Bahaya Berzina




Jangan dikatakan bahwa zinta atau disebut juga selingkuh sebatas pandangan mata itu masalah sederhana, karena setiap permasalahan besair itu pasti berawal dari sesuatu yang kecil. Sama halnya dengan perbuatan zina besar, pada awalnya zina-zina yang dilakukan itu zina kecil yang dibiarkan begitu saja yang akhirnya menjadi sarana menuju zina besar. 

Oleh karenanya Allah Swt berfirman, 
ولا تقربوا الزنا انه كان فاحشة وساء سبيلا
"Dan janganlah kamu mendekati zina; sesungguhnya zina itu adalah suatu perbuatan yang keji. Dan suatu jalan yang buruk." (QS. Al-Isra' : 32)

Ayat tersebut digunakan Allah Swt sebagai warning pada ummatnya agar jangan sekali-kali mendekati zina, seperti halnya selingkuh dari pandangan mata, SMS mesra, dsb, karena selingkuh itu akan membawa kita pada perzinahan. Karena itu menjauhlah dari perbuatan zina, karena zina sangat banyak bahayanya.

Sedangkan bahayanya dengan sumber kitab Khatarul Jarimah Al-Khuluqiyah, karya Syaikh Abdullah bin Jarullah bin Ibrahim Al-Jarullah :


  • Mengurangi agama seseorang
  • Mengurangi sifat cemburu
  • Merusak kehormatan dan harga diri
  • Mendapat murka Allah Azza wa jalla
  • Menghitamkan wajah dan menjadikannya gelap
  • Menggelapkan hati dan hilangnya cahayanya
  • Mengakibatkan kefakiran terus-menerus
  • Mendapat kegelisahan hati 
  • Hilangnya kewibawaan. Wibawanya akan dicabut dari hati keluarga, teman-temannya dan yang lain
  • Menghilangkan kesempatan dirinya untuk mendapatkan kenikmatan bersama bidadari di tempat tinggal indah di surga
  • Merusak nasab (keturunan)
  • Menyebabkan tersebarnya wabah penyakit berbahaya, tha'un (lepra) dan tersebarnya penyakit kelamit yang sulit diobati, minimal penyakit syphilis
  • Mendorong pelakunya agar durhaka kepada orang-tua, memutus kekerabatan, bisnis haram, menzhalimi orang lain dan menelantarkan istri dan keluarga
  • Membuka peluang bagi keluarganya untuk terjerumus dalam perbuatan serupa
  • Menyebabkan balasan amal shalihnya hilang sehingga ia bangkrut di hari kiamat
  • Dihadapkan pada orang yang istrinya dizinahi untuk diambil pahala kebaikannya sesuka sang suami sehingga tidak tersisa kebaikan sedikitpun di hari kiamat


Dengan begitu luar baisanya bahaya yang timbul seperti di atas karena perbuatan zina tentunya akan membuat orang yang akan berselingkuh berfikir berkali-kali, karena memang mempawa pada perzinahan.

-

Manfaat Membaca Al-Qur'an setelah Maghrib dan Subuh


Tahukah Anda? Ternyata Membaca Al-Qur'an Setelah Maghrib & Subuh Itu Manfaatnya Luar Biasa , Menurut hasil penelitian, ternyata membaca Al-Qur’an setelah waktu sholat Maghrib dan Subuh itu dapat : "Meningkatkan Kecerdasan Otak sampai 80 %. "
Hal ini karena disana ada pergantian dari siang ke malam dan dari malam ke siang hari.
Disamping itu, ada tiga aktivitas sekaligus, yakni membaca, melihat dan mendengar.
Terdapat beberapa hal yang dapat menyebabkan seseorang itu kuat ingatan atau hafalannya, diantaranya:
1. Menyedikitkan makan
2. Membiasakan melaksanakan ibadah shalat malam
3. Dan membaca Al-Qur’an sambil melihat kepada mushaf
Tak ada lagi bacaan yang dapat meningkatkan terhadap daya ingat manusia, dan juga memberikan ketenangan kepada seseorang kecuali membaca Kitab Suci Al-Qur’an.
Selain itu, membaca Al-Qur’an juga mendatangkan pahala dari Allah SWT.
Dokter ahli jiwa, Dr. Al Qadhi melalui penelitiannya yang panjang dan serius di Klinik Besar Florida Amerika Serikat (AS) berhasil membuktikan bahwa hanya dengan mendengarkan bacaan ayat-ayat Al-Qur’an, maka seorang Muslim itu, baik mereka yang bisa berbahasa Arab maupun bukan, dapat merasakan perubahan sebagai berikut:
1. Fisiologis yang sangat besar terhadap
penurunan depresi dan penurunan kesedihan
2. Memperoleh ketenangan jiwa
3. Menangkal berbagai macam penyakit merupakan pengaruh umum yg dirasakan orang-orang yang menjadi objek penelitiannya.
Penemuan sang dokter ahli jiwa ini tidak serampangan. Penelitiannya ditunjang dengan bantuan peralatan elektronik terbaru untuk mendeteksi tekanan darah, detak jantung, ketahanan otot, dan ketahanan kulit terhadap aliran listrik.
Dari hasil uji cobanya ia berkesimpulan, bahwa membaca Al-Qur’an berpengaruh besar hingga 97 % dalam melahirkan ketenangan jiwa dan penyembuhan penyakit.
Dalam laporan sebuah penelitian yang disampaikan dalam Konferensi Kedokteran Islam Amerika.
-

Saturday, October 31, 2015

Menolong Diri Sendiri Dengan “Menolong” Allah



Teringat sebuah ayat motivasi luar biasa,
“Wahai orang-orang yang beriman! jika kamu menolong (agama) Allah, niscaya Dia akan menolongmu dan meneguhkan kedudukanmu.” (QS Muhammad: 7)

Adakah yang merasa berat menjalankan amanah?

Adakah yang merasa terlalu lelah untuk melangkah?

Adakah yang ragu pada pertolongan ALLAH?

Jika kita membaca ayat diatas lalu mempertanyakan, “apakah benar semua orang yang menolong agama ALLAH akan ditolongNya?” maka kita perlu mengingat kembali kisah-kisah sarat mujizat yang telah membuktikan betapa luar biasa ALLAH membantu hambaNya yang berjuang untuk agamanya, sebagian diantaranya:

- Musa as, saat ALLAH membukakan jalan keluar ketika beliau bersama umat dikejar bala tentara fir’aun. disaat ada kekhawatiran akan keselamatan umatnya, disaat itulah ALLAH menurunkan bantuan luar biasa yang tidak pernah terjadi sebelum dan sesudahnya, ALLAH membelah lautan merah untuk jalan. dan akhirnya beliau as beserta umatnya selamat. Sedangkan fir’aun dan pasukannya yang terus mengejar akhirnya ditimpa air laut.

- Ibrahim as, disaat ALLAH menyelamatkan beliau dari siksaan api yang siap memanggang beliau.

- Muhammad saw, disaat para malaikat turun ke bumi dan menjadi bagian dari pasukan mujahid melawan kaum quraisy. Pasukan muslim yang hanya 314 orang berhasil menumbangkan kesombongan kaum kafir yang berjumlah seribu orang dengan semua tokoh kaum musyrikin.

- Yunus as, yang diselamatkan ALLAH dari perut ikan paus.

Dan begitu banyak kisah lain yang menjadi bukti nyata betapa ALLAH menurunkan bantuanNya pada hamba-hambaNya yang berjuang membela agamaNya. Keikhlasan dan totalitas perjuangan mereka telah menyentuh kehendak ALLAH untuk menurunkan bantuanNya. Sungguh, tiada keraguan atas apa yang dijanjikan ALLAH pada umat manusia.

Pertanyaannya kemudian adalah:

Masihkah kita ragu?

Masihkah kita enggan?

Sudahkah kita menunaikan kehormatan hidup kita sebagai pembela (agama) ALLAH?

Semoga kita senantiasa diistiqomahkan dalam jalan kebenaran. aamiin…

Siapapun kita yang menjalani aktivitas dakwah Ilallah,

Siapapun kita yang senantiasa menjalani rutinitas hidup untuk mencari keridloan ALLAH,

Siapapun kita yang senantiasa berjuang untuk pertemuannya dengan ALLAH,

katakan ” BISMILLAHI ALLAHUAKBAR ! “, lalu biarkan ALLAH membantu kita dengan kuasaNya.

---------------------
Dari : Semangat_Dakwahku

Di Antara Kerugian Meninggalkan Sholat

Alhamdulillah kita masih bisa bertemu lagi, kali ini Topik Islam akan memberikan beberapa kerugian jika meninggalkan shalat. Mau tahu? Lihat di bawah ini!

( Saat di Dunia )
1. Jika kamu tak mau shalat, Allah akan mencabut keberkahan dari umurmu.
2. Jika kamu tak mau shalat, kegelapan selalu nampak di wajahmu.
3. Jika kamu tak mau shalat, segala amal baikmu tak akan diganjar oleh Allah.
4. Jika kamu tak mau shalat, doamu tak akan diangkat ke langit.
5. Jika kamu tak mau shalat, doa-doa kebaikan orang untuk dirimu tak akan dikabulkan.
6. Jika kamu tak mau shalat, seluruh makhluk di dunia ini murka kepadamu.

( Saat Kematian )
1. Jika kamu tak mau shalat, kamu akan mati terhina.
2. Jika kamu tak mau shalat, kamu akan mati dalam kondisi kelaparan.
3. Jika kamu tak mau shalat, kamu akan mati dalam kondisi kehausan walaupun kamu diberi minum lautan dunia.

( Di Alam Kubur )
1. Jika kamu tak mau shalat, kuburmu sempit sehingga meremukkan tulang belulangmu.
2. Jika kamu tak mau shalat, kuburmu akan terbakar dan engkau berguling-guling di atas bara api siang dan malam.
3. Jika kamu tak mau shalat, engkau akan ditemani 5 ekor ular besar yang selalu menyiksamu karena sebab meninggalkan shalat Shubuh sampai masuk shalat Dzuhur, ular-ular tersebut terus menyiksamu karena meninggalkan shalat Dzuhur sampai masuk shalat Ashar, dan seterusnya.

( Pada Hari Kiamat )
1. Jika kamu tak mau shalat, mukamu akan disungkuran ke bara api neraka.
2. Jika kamu tak mau shalat, Allah akan memandangmu dengan pandangan marah di waktu hisab sehingga daging-daging d wajahmu akan rontok berjatuhan.
3. Jika kamu tak mau shalat, kamu akan dihisab dengan hisab yang keras dan Allah akan memerintahkanmu diseret ke neraka.
Jika demikian, apakah kamu masih tetap tak mau shalat?
Semoga kita dan keluarga diberikan Taufiq agar istiqomah dalam ibadah mendirikan shalat, dan generasi berikutnya hingga akhirzaman, semoga mereka umat Islam yang belum mau shalat dijadikan hatinya selalu disiplin mendirikan shalat, 

Aamiin Yaa Robbal 'alamiin.

Saturday, October 17, 2015

Menghadap pada Ajal


“Seandainya kematian merupakan tempat peristirahatan yang tenang dari seluruh keluh kesah hidup manusia di dunia… niscaya kematian merupakan suatu kabar gembira yang dinanti-natikan bagi setiap insan… Akan tetapi kenyataannya berbeda… setelah kematian itu ada pertanggung jawaban dan ada kehidupan…”
Kematian Adalah Kepastian
Betapa banyak berita kematian yang sampai di telinga kita, mungkin mengkhabarkan bahwa tetangga kita, kerabat kita, saudara kita atau teman kita telah meninggal dunia, menghadap Allah Ta’ala. Akan tetapi betapa sedikit dari diri kita yang mampu mengambil pelajaran dari kenyataan tersebut. Saudaraku, kita tidak memungkiri bahwa datangnya kematian itu adalah pasti. Tidak ada manusia yang hidup abadi. Realita telah membuktikannya. Allah Ta’ala telah berfirman.

Setiap jiwa pasti akan mengalami kematian, dan kelak pada hari kiamat saja lah balasan atas pahalamu akan disempurnakan, barang siapa yang dijauhkan oleh Allah Ta’ala dari neraka dan dimasukkan oleh Allah Ta’ala ke dalam surga, sungguh dia adalah orang yang beruntung (sukses).” (QS. Ali Imran : 185)
Allah Ta’ala juga telah berfirman,
Katakanlah (wahai Muhammad) sesungguhnya kematian yang kalian lari darinya pasti akan mendatangi kalian, kemudian kalian akan dikembalikan kepada Dzat Yang Maha Mengetahui apa yang tersembunyi dan apa yang nampak, kemudian Allah Ta’ala akan memberitahukan kepada kalian setiap amalan yang dahulu kalian pernah kerjakan.” (QS. Al Jumu’ah : 8)
Saudaraku, kematian itu milik setiap manusia. Semuanya akan menjumpai kematian pada saatnya. Entah di belahan bumi mana kah manusia itu berada, entah bagaimanapun keadaanya, laki-laki atau perempuan kah, kaya atau miskin kah, tua atau muda kah, semuanya akan mati jika sudah tiba saatnya. Allah Ta’ala berfirman,
“Dan bagi tiap-tiap jiwa sudah ditetapkan waktu (kematiannya), jika telah tiba waktu kematian, tidak akan bisa mereka mengundurkannya ataupun mempercepat, meskipun hanya sesaat” (QS. Al A’raf :34)
Saudaraku, silakan berlindung di tempat manapun, tempat yang sekiranya adalah tempat paling aman menjadi persembunyian. Mungkin kita bisa lari dari kejaran musuh, selamat dari kejaran binatang buas, lolos dari kepungan bencana alam. Namun, kematian itu tetap akan menjemput diri kita, jika Allah Ta’ala sudah menetapkan. Allah Ta’ala berfirman,
Dan dimanapun kalian berada, niscaya kematian itu akan mendatangi kalian, meskipun kalian berlindung di balik benteng yang sangat kokoh.” (QS. An Nisa : 78)
Kematian Adalah Rahasia Sang Pencipta
Kematian manusia sudah Allah Ta’ala tetapkan atas setiap hamba-Nya sejak awal penciptaan manusia. 
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Sesungguhnya proses penciptaan manusia di dalam perut ibu, berlangsung selama 40 hari dalam bentuk air mani, kemudian menjadi segumpal darah yang menggantung selama 40 hari, kemudian menjadi segumpal daging  selama 40 hari juga. Kemudian Allah mengutus seorang malaikat untuk meniupkan ruh pada janin tersebut, dan diperintahkan untuk mencatat empat ketetapan : rezekinya, kematiannya, amalannya, dan akhir kehidupannya, menjadi orang bahagia ataukah orang yang celaka….” (HR. Bukhari dan Muslim)
Allah Ta’ala telah berfirman,
Sesungguhnya di sisi Allah sajalah pengetahuan tentang (kapankah) datangnya hari kiamat, dan Dia-lah yang menurunkan air hujan, dan Dia lah yang mengetahui tentang apa yang ada di dalam rahim, dan tidak ada seorang pun yang mengetahui (dengan pasti) apa yang akan dia kerjakan esok hari, dan tidak ada seorang pun yang mengetahui di bumi manakah dia akan mati..” (QS. Luqman : 34)
Saudaraku, jika kita tidak tahu di bumi manakah kita akan mati, di waktu kapan kah kita akan meninggal, dan dengan cara apakah kita akan mengakhiri kehidupan dunia ini, masih kah kita merasa aman dari intaian kematian…? Siapa yang bisa menjamin bahwa kita bisa menghirup segarnya udara pagi esok hari…? Siapa yang bisa menjamin kita bisa tertawa esok hari…? Atau…. siapa tahu sebentar lagi giliran kematian Anda wahai Saudaraku…
Di manakah saudara-saudara kita yang telah meninggal saat ini…? Yang beberapa waktu silam masih sempat tertawa dan bercanda bersama kita… Saat ini mereka sendiri di tengah gelapnya himpitan kuburan… Berbahagialah mereka yang meninggal dengan membawa amalan sholeh… dan sungguh celaka mereka yang meninggal dengan membawa dosa dan kemaksiatan…
Faidah Mengingat Kematian
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Perbanyaklah kalian mengingat pemutus kelezatan dunia”. Kemudian para shahabat bertanya. “Wahai Rasulullah apakah itu pemutus kelezatan dunia?” Kemudian Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab, “Kematian” (HR. Al Baihaqi dalam Syu’abul Iman, hadits dari shahabat Abu Hurairah)
Ad Daqaaq rahimahullahu mengatakan, “Barangsiapa yang banyak mengingat kematian, maka akan dianugerahi oleh Allah tiga keutamaan, [1] bersegera dalam bertaubat, [2] giat dan semangat dalam beribadah kepada Allah, [3] rasa qana’ah dalam hati (menerima setiap pemberian Allah)” (Al Qiyamah Ash Shugra, Syaikh Dr. Umar Sulaiman Al Asyqar)
Bersegera dalam Bertaubat
Sudah dapat dipastikan bahwa manusia adalah makhluk yang banyak dosa dan kemaksiatan. Seorang manusia yang banyak mengingat kematian, dirinya sadar bahwa kematian senantiasa mengintai. Dia tidak ingin menghadap Allah Ta’ala dengan membawa setumpuk dosa yang akan mendatangkan kemurkaan Allah Ta’ala. Dia akan sesegera mungkin bertaubat atas dosa dan kesalahannya, kembali kepada Allah Ta’ala. Allah telah berfirman,
Sesungguhnya taubat di sisi Allah hanyalah bagi orang-orang yang mengerjakan keburukan dikarenakan kebodohannya, kemudian mereka bertaubat dengan segera, maka mereka itulah yang diterima taubatnya oleh Allah, dan Allah Maha Mengetahui dan Maha Bijaksana” (QS. An Nisa : 17)
Maksud dari berbuat keburukan karena kebodohan dalam ayat di atas, bukanlah kebodohan seorang yang tidak mengetahui sama sekali bahwa apa yang dia kerjakan merupakan sebuah keburukan. Orang yang berbuat buruk dan tidak mengetahui sama sekali tidak akan dihukum oleh Allah. Akan tetapi yang dimaksud kebodohan di sini adalah seseorang yang mengetahui bahwa apa yang dia lakukan adalah keburukan, namun dia tetap saja melakukannya lantaran dirinya dikuasai oleh hawa nafsu. Inilah makna kebodohan dalam ayat di atas. (Syarah Qowaidul Arba’ Syaikh Sholeh Fauzan).
Allah Ta’ala berfirman, “Dan bersegeralah menuju ampunan dari Rabb kalian dan menuju surga yang luasnya seluas langit dan bumi, yang telah dipersiapkan (oleh Allah) bagi orang-orang ynag bertaqwa” (QS. Ali Imran : 133)
Giat dan Semangat dalam Beribadah kepada Allah
Seorang yang banyak mengingat kematian, akan senantiasa memanfaatkan waktunya untuk beribadah kepada Allah Ta’ala. Suatu ketika Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda kepada Abdullah Ibnu Umar radhiyallahu ‘anhuma, “Jadilah engkau di dunia ini bagaikan seorang yang asing atau seorang yang sedang menempuh perjalanan yang jauh”, mendengar sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam ini, lantas Abdullah ibnu Umar berkata, “Jika engkau berada di sore hari jangan engkau tunggu datangnya pagi hari, jika engkau berada di pagi hari jangan engkau tunggu datangnya sore hari, pergunakanlah waktu sehatmu (dalam ketaatan kepada Allah) sebelum datangnya waktu sakitmu, dan pergunakanlah waktu hidupmu sebelum kematian datang menjemputmu.” (HR. Bukhari)
Rasa Qana’ah di Dalam Hati
Allah Ta’ala akan menanamkan rasa qana’ah di dalam hati seseorang yang banyak mengingat kematian. Rasa qana’ah yang membuat seseorang merasa cukup terhadap setiap pemberian Allah Ta’ala, bagaimanapun dan berapa pun pemberian Allah. Suatu saat Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah menyampaikan nasehat kepada Abu Dzar. Abu Dzar berkata,
Kekasihku yakni Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam memerintah tujuh perkara padaku, (di antaranya): Beliau memerintahkanku agar mencintai orang miskin dan dekat dengan mereka, dan beliau memerintahkan aku agar melihat orang yang berada di bawahku (dalam masalah harta dan dunia), juga supaya aku tidak memperhatikan orang yang berada di atasku. …” (HR. Ahmad. Syaikh Syu’aib Al Arnauth mengatakan bahwa hadits ini shahih)
Seseorang yang banyak mengingat kematian, meyakini bahwa segala pemberian Allah dari perbendaharaan dunia adalah titipan dari Allah. Seluruhnya akan diambil kembali oleh Allah, dan akan dimintai pertanggung jawaban oleh Allah Ta’ala atas seluruh pemberian tersebut. Nas’alullaha al afiyah.
Kehidupan setelah Kematian
“Saudaraku, seandainya kematian merupakan tempat peristirahatan yang tenang dari seluruh keluh kesah hidup manusia di dunia… niscaya kematian merupakan suatu kabar gembira yang dinanti-natikan bagi setiap manusia… Akan tetapi kenyataannya berbeda… setelah kematian itu ada pertanggung jawaban dan ada kehidupan… kehidupan yang sebenarnya…”
Diantara keimanan kepada hari kiamat adalah meyakini bahwa setelah kematian ini ada kehidupan. Semuanya akan berlanjut ke alam kubur kemudian ke alam akhirat. Di sana ada pengadilan Allah Ta’ala yang Maha Adil. Semua manusia akan diadili, mempertanggungjawabkan setiap amalan yang dia perbuat. Allah Ta’ala berfirman,
Barangsiapa yang berbuat kebaikan meskipun sekecil biji dzarah, niscaya dia akan melihat hasilnya, dan barang siapa yang berbuat keburukan meskipun sekecil biji dzarah, niscaya dia akan melihat akibatnya” (QS. Al Zalzalah: 7-8)
Terakhir Saudaraku, jadilah orang yang cerdas. Orang yang cerdas dalam memandang hakikat kehidupan di dunia ini. Abdullah Ibnu Umar dia pernah berkata, ‘Aku bersama Rosulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, lalu seorang laki-laki Anshar datang kepada beliau, kemudian mengucapkan salam kepada beliau, lalu dia berkata, ‘Wahai Rasulullah, manakah di antara kaum mukminin yang paling utama?’. Beliau menjawab, ‘Yang paling baik akhlaknya di antara mereka.’ Dia berkata lagi, ‘Manakah di antara kaum mukminin yang paling cerdas?’. Beliau menjawab, ‘Yang paling banyak mengingat kematian di antara mereka, dan yang paling baik persiapannya setelah kematian. Mereka itu orang-orang yang cerdas.’” (HR. Ibnu Majah)
Semoga bermanfaat.
-

Penyebab Membatunya Hati


Mengapa Hatiku Membatu?
Diantara do’a Rasulullah SAW adalah memohon perlindungan kepada Allah SWT dari hati
 yang tidak khusyu’. “Ya Allah… aku berlindung kepada-MU dari ilmu yang tidak manfaat, dari hati yang tidak khusyu’, dari hawa nafsu yang tidak pernah merasa kenyang dan dari do’a yang tidak dikabulkan.” (HR. Muslim).

Hati yang tidak khusyu’ itu adalah hati yang keras, hati yang keras itu adalah hati yang jauh dari Allah SWT. Hati yang sudah jauh dari Allah SWT itu hatinya telah tertutup rapat dengan penyakit-penyakit hati artinya tidak mau menerima nasihat dari siapa pun juga, sehingga amal perbuatan penuh maksiat kepada Allah SWT. Padahal kalau ingin menjadi orang yang selamat itu ia harus menyesali perbuatan dosanya dan menangis serta memohon ampunan kepada Allah SWT.

Sebab-sebab hati menjadi keras itu adalah :

Pertama, Lemahnya Iman

Lemah iman menjadi penyebab kerasnya hati dan mengurangi rasa takutnya kepada Allah SWT, sehingga jika sudah hilang rasa takutnya kepada Allah SWT, maka ia tidak merasa lagi diawasi, tidak diperhatikan oleh Alllah SWT maka amal perbuatan penuh dengan maksiat.
Bagi kita sebagai seorang muslim menjadi keharusan keharusan kalau sudah merasa imannya itu lemah, sesegera mungkin untuk mengobatinya dengan cara di antaranya: membaca serta merenungi Al Qur’an, takut akan siksa Allah SWT, bertaubat, mengingat mati dan akhirat serta takut akan su’ul-khatimah.

Kedua, Kritisnya Pendidikan Yang Benar.

Menuntut ilmu yang benar itu adalah salah satu kewajiban seorang muslim agar senantiasa dalam amal perbuatannya itu sesuai dengan ketentuan Allah SWT dan Rasul-Nya. Karena dengan ilmu dan amal yang benar itu akan mendekatkan diri kepada Allah SWT, tapi kalau sebaliknya akan menjauhkan diri dari Allah SWT. Dan perlu diketahui bahwa sebelum kita mengerjakan suatu amalan kita wajib, terlebih dahulu mengetahui dulu ilmunya, baik masalah dunia atau masalah agama. 

Ketiga, Terbiasa di Lingkungan Yang Buruk

Jika seseorang tinggal di lingkungan yang buruk dan tidak ada suasana iman seperti, dengan orang-orang yang membanggakan perbuatan maksiat, minuman keras, berjudi, menggunjing, jauh dari majelis Al Qur’an, dari masjid dan jauh dari teman yang saleh, dan ibadah-ibadah yang lainnya, maka kondisi ini akan mengubah hati sesorang menjadi keras dan mundur dari iman serta akan kembali kepada perbuatan maksiat.

Keempat, Berteman dengan Orang-orang Yang Buruk dan Sering Tertawa

Pergaulan itu merupakan salah satu faktor yang akan menentukan sikap seseorang, kalau bergaul dengan orang baik maka akan terbawa baik dan kalau bergaul dengan orang yang kurang baik maka ia pun akan terbawa kurang baik, maka oleh karena itu kalau kita ingin bersahabat, berteman atau ingin bergaul, harus dengan orang baik jangan sampai dengan orang yang buruk tentunya kalau kita bersa habat dengan orang yang buruk hati kita akan menjadi keras karena akan dipengaruhi dengan hal-hal yang buruk.

Rasulullah SAW bersabda: “Seseorang itu mengikuti din (akhlaq, agama, kebiasaan) teman akrabnya, maka hendaknya seseorang melihat siapa yang dijadikan teman akrabnya.” (HR. Abu Dawud, At-Tirmidzi dan Ahmad).

Jadi kalau kita ingin tahu kebiasaan seseorang maka perhatikan saja dengan siapa ia berteman, kalau ia bersahabat dengan orang baik maka ia pun terbawa baik, begitu juga sebaliknya kalau ia bergaul dengan orang buruk maka ia akan terbawa buruk pula.

Kelima, Terbiasa Meninggalkan Kewajiban, Melakukan Maksiat, dan Meremehkan Dosa

Dosa adalah penghalang kepada seseorang untuk menuju dan mendapat ridho Allah SWT, sekecil apapun yang namanya dosa itu harus ditinggalkan kalau tidak, akan menjadikan hati menjadi keras kalau hati sudah keras akan sulit untuk melaksanakan kewajiban dan pasti akan terbiasa melaksanakan perbuatan maksiat dan melaksanakan dosa pun menjadi terbiasa pula. 

Rasulullah SAW bersabda: “Jauhilah dosadosa yang dianggap kecil, karena dosa-dosa itu akan berhimpun pada seseorang sehingga akan membinasakannya.” (HR. Ahmad).

Keenam, Tertipu dan Membanggakan Diri

Ujub atau membanggakan diri sendiri termasuk yang dominan akan mengeraskan hati seseorang, karena orang yang ujub tidak mau bersama-sama dengan orang alim, orang-orang saleh, tidak mau menerima nasihat dari mereka karena sudah merasa dengan apa-apa yang mereka miliki karena mereka membanggakan dirinya (ujub).

Rasulullah SAW memberi peringatan akan bahayanya ujub, beliau bersabda: ”Perkara-perkara yang akan membinasakan ialah: kebakhilan dan kerakusan yang ditaati, hawa nafsu yang diikuti, dan kebanggaan seseorang terhadap dirinya sendiri.” (HR. Al Bazar dan Al Baihaqi).

Oleh karena itu, seseorang harus mengobati jiwanya dengan membuang rasa bangga terhadap diri sendiri kemudian bersikap tawadhu, takut serta memperbaiki aibnya dan bertaubat kepada Allah swt. 

Ketujuh, Lalai

Lalai merupakan penyakit yang berbahaya, jika seseorang sudah terasuki penyakit ini dan bersarang dalam jiwanya maka anggota badan yang lainnya akan terpengaruhi, padahal setiap muslim dituntut untuk lebih giat dalam setiap hal ibadah kepada Allah SWT. Sehingga orang yang shalat pun tapi lalai dalam shalatnya ia diancam dengan neraka Wail.
Orang yang lalai hatinya akan menjadi keras dan kalau sudah keras maka akan sulit untuk menerima nasihat, obat untuk yang lalai ialah dzikrullah (mengingat Allah SWT), membaca kitabullah serta men-tadabbur-nya isinya dan mengambil ‘itibar dari peristiwa-peristiwa yang akan dihadapinya seperti kematian, sakaratul maut, alam kubur, Padang Mahsyar, timbangan amal, shirat, surga dan neraka.

Kedelapan, Terlalu Cinta Dunia dan Panjang Angan-angan

Mencintai dunia dengan berlebih-lebihan, tenggelam di dalamnya, panjang angan-angan dan dunia dijadikan sebagai tujuan hidupnya, segala sesuatu itu diukur dengan keduniaan sehingga dunia mendapat porsi yang utama dalam hidupnya maka ini akan menjadikan hati menjadi keras.
Dan perlu diketahui penyebab hati menjadi keras masih ada yang tak bisa disampaikan di sini secara panjang lebar, di antaranya, banyak tertawa, banyak makan dan lain-lain.
Semoga kita semua diberi kemampuan untuk menjauhi perbuatan yang mengakibatkan hati menjadi mati. Aamiin...

-
Dikutip dari : Tausyiah Ustad Fuad Hasyim

Peran Bunda Shalehah dibalik Para Imam Madzhab


Imam Mahzab adalah seorang ulama besar dimana menjadi rujukan ulama-ulama beberapa generasi, karena kedalaman ilmu, hafalannya yang kuat, dan keshalihannya yang terkenal didepan Umat mereka bukan ulama sembarangan yang mudah muncul sepanjang zaman, karena besar kealimannya dan keteguhannya memegang Agama. Bicara Imam Mahzab, seperti halnya disini Imam Syafi'ie yang dijadikan rujukan kebanyakan umat Islam Indonesia, nah sekarang yang kita kaji ialah bagaimana mereka menjadi manusia hebat ?
Ternyata ada peran besar Bunda yang shaleh dibalik pendidikannya, Bunda shaleh bila menjadi tiang negara maka negara akan kokoh. Namun berbeda kalau dengan bunda yang salah.
Sang penulis buku ialah Ulama Dari Kuwait , Dr Tariq Suwaidan penulis Biografi 4 Imam Mazhab menuliskan Kisah besarnya peran seorang ibu bagi proses Pendidikan Imam Malik, Imam Syafi’i, dan Imam Ahmad.

( Ibu Imam Malik )
Pada Masa Kecilnya Imam Malik Memiliki kecenderungan kepada seni. Ibunyalah yang telah membuat Imam Malik meninggalkan dunia lagu dan musik beralih kedunia ilmu hingga akhirnya menjadi Ulama Fiqih yang ilmunya terus bermanfaat hingga saat ini.
Imam Malik Menuturkan :
Pada Masa kecilku,aku sangat menyukai para penyanyi. Ibuku tahu aku sangat gandrung dengan nyanyian, tapi ia merasa bahwa teladan yang kuidamkan tidak tepat dan tidak benar. Ia pun memalingkan aku dari lagu-lagu itu. ia berpesan, “Seorang penyanyi, jika ia buruk rupa, maka lagunya tidak akan dilihat dan didengarkan. Karena itu tinggalkanlah lagu dan tuntulah ilmu fikih!
Imam Melanjutkan :
Aku pun akhirnya meninggalkan para penyanyi itu dan mengikuti para fukaha sehinggal Allah mewujudkan cita-citaku seperti sekarang.
Pada suatu hari ibuku datang membawakan pakaian kebesaran para ulama.ia mengenakanya untukku dan memasanggkan kopiah di kepalaku. Ia memasangkan balutan di kopiah itu, lalu menarikku seraya berkata, “Sekarang, pergilah!” Ia menunjukkan kepadaku seorang Ulama.
Ternyata Pendidikan seorang ibu sang imam tidak hanya sebatas memotivasi anaknya untuk menjadi Ulama, bahkan sang ibu juga memberikan pengarahan dalam proses Pendidikan sang Imam.
Sang Ibu Berpesan kepada Imam Malik, “Pergilah ke tempat Rabi’ah, pelajari akhlaknya sebelum kau mempelajari ilmunya.” Sungguh pengarahan yang luar biasa dari seorang ibu yang mulai. Ia paham bahwa sang anak harus mengutamakan akhlak di atas ilmu.

( Imam Syafii dan Ibu yang Cerdas )
Ibunda Imam Syafi’I adalah seorang Ahli ibadah yang cerdas. Kecerdasan Beliau tampak ketika ia menjadi salah seorang saksi di pengadilan Makkah bersama seorang saksi perempuan lain dan seorang saksi laki-laki. Ketika hakim ingin memisahkan antara kesaksian dua orang perempuan tersebut. Akan tetapi, ibunda imam Syafi’I berseru, “ Kau tidak layak melakukan hal itu karena Allah telahberfirman, Dan persaksikanlah dengan dua orang saksi dari orang-orang laki (diantara kalian). Jika tak ada dua orang lelaki maka boleh seorang laki-laki dan dua orang perempuan dari saksi-saksi yang kalian ridai, supaya jika seorang lupa maka seorang lagi mengingatkanya ( Al-Baqarah : 282).” Akhirnya sang hakim menarik kembali pendapatnya.
Peran Ibunda Imam Syafi’I terhadap dirinya sangatlah besar. Seperti Imam Malik , Imam Syafi’I juga mendapat banyak pengarahan dari sang ibu dalam hal menuntutilmu. Ibunya selalu membimbing Syafi’I untuk terus mearih ilmu dengan mengirimnya dari Gahaza ke Makkah.Sang ibu mengirim Syafi’I agar dapat hidup tidak jauh dari pusat ilmu kala itu.
Ibunda Syafi’I juga menyiapkan seluruh perbekalan perjalanan sang imam menuju Makkah. Dikisahkan oleh Al Baghdadi dalam Tarikh Baghdad, Syafi’I pernah berkata, “Ibuku Mempersiapkan segalanya untuk perjalananku ke Makkah. Aku pun berangkat kesana. Ketika itu aku masih berumur sekitar sepuluh tahun. Aku menetap dirumah salah seorang kerabatku dan mulai menuntut ilmu di sana.” Kondisi Imam Syafi’I yang tumbuh dalam keadaan yatim, menjadikan sang Ibu adalah Murabbi pertamanya.

( Prioritas Ibu Imam Ahmad )
Ibu Imam Ahmad bernama Shafiyyah. Shafiyyah sangat memperhatikan putra yatimnya, Ahmad. Shafiyyah memilih tetap menjanda pada usianya yang terbilang muda demi mengasuh Ahmad. Pada saat itu mayoritas perempuan Arab bila ditinggal mati suaminya, cenderung untuk menikah lagi demi menjaga kehormatan dan nama baiknya. Bahkan sudah menjadi tradisi wanita ditinggal mati suami atau dicerai , harus segera menikah lagi. Tetapi berbeda dengan mayoritas perempuan Arab. Shafiyyah bertekad untuk totalitas mengasuh putranya yang kelak akan menjadi Imam Besar Sepanjang Zaman. Ketika ditinggal Suami , Shafiyyah masih berusia 30 Tahun.
Kasih sayang dan perhatian penuh yang diberikan oleh sang ibu, telah mendidik Ahmad tumbuh menjadi seorang Pemuda yang berbakti kepada orang tuanya. Pernah suatu ketika Ahmad menolak menyebrangi sungai Tigris untuk sekedar menerima hadis bersama teman-temanya dari Jarir ibn AbdulHamid, Ulama Ahli rakyu. Saat teman-temanya mengajaknya, Ahmad mengatakan “Ibuku tidak mengizinkanku melakukannya.” Padahal, ketika itu umur Ahmad sudah 22 tahun.
Dalam Menuntut Ilmu Ahmad selalu mengutamakan mendapat ridha dari sang ibu. Karena beliau tahu mendapatkan Ridha sang Ibu adalah sunnah Rasulnya. 

Dari Abdullah bin ‘Amr beliau berkata; Rasulullah صلى الله عليه وسلم bersabda; Ridha Allah pada ridha orangtua dan murka Allah pada murka orangtua. (HR. Al-Baihaqi)
Kehebatan para Imam Madzhab ternyata tak lepas dari kehebatan Murabbi mereka yaitu, kontribusi para ibunda. Karena ibu adalah madrasah pertama pendidikan seorang anak. Kita dapat mengambil pelajaran dari ibu para imam bagaimana mendidik seorang anak. Seperti imam Malik & Imam Syafi’i yang diberi arahan oleh sang ibu dalam menuntut ilmu. Mereka dipersiapkan perbekalanya dalam mengarungi samudra ilmu yang sangat luas. Seorang ibu juga harus memberikan prioritas hidupnya mendidik sang anak layaknya ibu Imam Ahmad. karena setiap ibu harus paham, mendidik anak bukanlah sambilan tetapi keutamaan.
Sudah sepantasnya seluruh umat Islam mulai memperhatikan peran ibu dalam mendidik sang anak. Pengadaan sekolah calon ibu, sekolah pra Nikah yang mulai gencar saat ini adalah suatu kemajuan yang patut disyukuri dan ditindak lanjuti. Seperti apa yang penulis tuliskan diawal “Pendidikan di sekolah hanyalah sementara , sedangkan pendidikan dari seorang ibu adalah selamanya.