Saturday, July 11, 2015

Dzikrul Maut, Mengingat Kematian

Dzikrul maut berarti mengingat kematian. Menghadapi kemewahan dunia dan berkecimpung dalam kemegahannya bisa membuat orang tenggelam dalam kemewahan dan kemegahan itu, sehingga membuat yang bersangkutan lupa akan kematian. Orang yang termasuk kelompok ini menjadi orang yang membenci kematian dan kalau dinasehati dia tidak mau mendengar nasehat itu, padahal kematian adalah suatu hal yang pasti dan tidak dapat dielakkan oleh siapapun juga. Kelompok inilah yang disitir oleh Allah SWT dalam firman-Nya,
Artinya : Katakanlah, “Sesungguhnya kematian yang kamu lari padanya, maka sesungguhnya kematian itu akan menemui kamu. Kemudian kamu akan dikembalikan kepada (Allah), yang mengetahui yang ghaib dan yang nyata, lalu Dia beritakan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan.” (Q.S. Al Jumu’ah 62 : 8).

Maut atau mati adalah terpisahnya roh dari jasad, terpisahnya jiwa dari badan jasmani. Ada tiga kata yang searti, yaitu maut, ajal dan wafat. Kata-kata maut terdapat dalam Al Qur’an antara lain surat An Nisa’ 4 : 18, 78 dan 100. Kata-kata ajal terdapat dalam Al Qur’an antara lain surat Yunus 10 : 49 dan surat An Najm 53 : 44.
Pada hakikatnya maut adalah akhir dari kehidupan dan sekaligus awal dari kehidupan yang baru. Oleh sebab itu maut bukanlah kesudahan, kehancuran atau kemusnahan. Maut adalah suatu peralihan dari suatu alam dunia ke alam dunia yang lain, peralihan dari suatu keadaan kedalam keadaan yang lain, yang merupakan tempat kehidupan manusia akan berlanjut. Oleh sebab itu pulalah manusia-manusia kafir atau manusia-manusia maksiat dan ingkar, takut dan benci kepada kematian, sebab kehidupan setelah mati merupakan tempat pembalasan dari perbuatan-perbuatan di atas dunia. Bagi orang yang tinggi kualitas Iman dan Takwanya, maut merupakan harapan yang indah untuk memulai hidup yang hakiki, yaitu kehidupan yang abadi. Orang yang tinggi kualitas Iman dan Takwanya selalu mengingat kematian dan senantiasa mempersiapkan bekal untuk kehidupan sesudah mati. Banyak sekali dalil naqli, Al Qur’an maupun Al Hadis yang menjelaskan keutamaan mengingat kematian.
Sabda Rasulullah SAW,

Artinya : Perbanyaklah mengingat-ingat sesuatu yang melenyapkan segala macam kelezatan (kematian) (H.R. At Turmuzi, An Nasa’i dan Ibnu Majah)..

Banyak mengingat kematian dapat melebur dosa dan memotivasi seseorang menjadi zuhud dunia.
Sabda Rasulullah SAW,

Artinya : Perbanyaklah mengingat kematian, karena sesungguhnya mengingat kematian itu dapat menghapuskan dosa-dosa dan menjadikan zuhud terhadap dunia (H.R. Ibnu Abidunya).

Orang yang bijaksana dan cerdik, adalah orang yang paling banyak mengingat kematian, dan banyak mempersiapkan diri menghadapi kematian itu. Mereka berusaha keras melakukan persiapan untuk menghadapi kematian itu. Mereka itulah orang-orang yang paling cerdik dan mereka pergi ke alam baka nanti dengan membawa kemuliaan dunia dan kehormatan akhirat (H.R. Ibnu Majah dan Ibnu Abidunya).
Dalam kajian tasawuf roh itu tidak mati, dan yang mati adalah jasad.
Firman Allah SWT,

Artinya : Dan janganlah kamu mengatakan terhadap orang-orang yang gugur di jalan Allah, (bahwa mereka itu) mati, bahkan (sebenarnya) mereka itu hidup, tetapi kamu tidak menyadarinya. (Q.S. Al Baqarah 2 : 154).

Roh manusia akan tetap hidup dan mempunyai suatu kedudukan hayati yang lebih tinggi daripada unsur jasad dan material. Roh yang kedudukannya di alam cakrawala lebih tinggi itu, tetap memiliki daya tangkap, karenanya dia mendengar ucapan salam dari penziarah yang mengucapkan salam kepadanya, melihat para penziarah yang berziarah kepadanya. Roh juga dapat merasakan kelezatan nikmat atau penderitaan siksa. Roh adalah pangkal kehidupan, dan karenanya jasmani tanpa roh tidak berarti. Roh berasal dari Allah dan akan kembali kepada-Nya. Roh adalah masalah ghaib, misterius bagi manusia dan tidak dapat diketahui hakikatnya.
Firman Allah SWT,

Artinya : Dan mereka bertanya kepadamu tentang roh, katakanlah, “Roh itu termasuk urusan Tuhan-ku, dan tidaklah kamu diberi pengetahuan, melainkan sedikit.” (Q.S. Al Isra’ 17 : 85).

Maut atau mati adalah masalah tugas suci yang ditetapkan oleh Allah SWT, dan karenanya dilarang orang menemui maut dengan cara yang salah, seperti bunuh diri atau membunuh orang lain, yang merupakan perbuatan terkutuk dan dosa besar. Begitu juga bercita-cita mati adalah perbuatan yang tidak terpuji.
Maut atau mati adalah urusan Tuhan,dan karenanya tidak dibenarkan kita berputus asa, sebab pada hakikatnya Allah menciptakan hidup dan mati adalah untuk menguji manusia, siapa di antara mereka yang paling banyak dan paling baik amalnya.
Firman Allah SWT :

Artinya : Yang menjadikan mati dan hidup, supaya Dia menguji kamu siapa di antara kamu yang lebih baik amalnya, dan Dia Maha Perkasa lagi Maha Pengampun. (Q.S. Al Mulk 67 : 2).

Dalam suatu hadis riwayat Tarmizi, Rasulullah SAW bersabda yang artinya, “Tidak boleh di antara kamu mencita-citakan mati, karena bala yang menimpa. Andaikata ada bala yang menimpa, hendaklah yang bersangkutan berdo’a, “Ya Allah, hidupkanlah aku sekiranya hidup itu lebih baik bagiku dan matikanlah aku kalau mati itu lebih baik untukku”.
Manusia hanya mengalami mati satu kali saja, yaitu di alam dunia yang fana. Mulai dari alam barzah, alam mahsyar sampai dengan alam akhirat manusia tidak lagi akan mengalami mati.
Firman Allah SWT,

Artinya : Mereka tidak akan merasakan mati di sana kecuali mati di dunia. Dan Allah memelihara mereka dari azab neraka. (Q.S. Ad Dukhan 44 : 56)
.
Bagi orang yang tinggi kualitas iman dan takwanya, kematian merupakan hadiah dan terbukanya pintu rahmat. Bagi mereka, dunia merupakan penderitaan, karena dia harus mengendalikan nafsu syahwatnya dan menolak ajakan-ajakan syetannya. Dengan kematian, bagi mereka terlepaslah dia dari belenggu siksaan ini, dan terbukalah pintu rahmat yang abadi baginya.
Sabda Rasulullah SAW :

Artinya : Hadiah bagi orang mu’min adalah kematian (H.R. Ibnu Abidunya).

Sabda Rasulullah SAW :

Artinya : Kematian adalah penghapus dosa bagi setiap orang muslim (H.R. Abu Nu’aim, Al Baihaqi dan Al Khatib).

Maka dari itu, kita harus senantiasa mengingat mati. Kita tidak tahu kapan kereta maut menjemput kita. Bisa jadi satu hari, satu jam hingga satu menit lagi.

0 comments:

Post a Comment