Wednesday, July 15, 2015

Sunnah-Sunnah Mandi (Bagian 1)


بسم اللّه الرحمن الرحيم
الحمد لله و كفى والصلاة والسلام على النبي المصطفى، نبينا محمد صلى الله عليه و على آله و صحبه أجمعين

Wahai Saudara-saudari Muslimin,
Kami akan buka pembahasan tentang mandi yaitu hal-hal yang disunnahkan dalam mandi wajib.

Berkata Muallif,
Dan sunnah-sunnahnya mandi ada 5 macam,

1. Membaca basmalah

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رضي الله عنه قَالَ : قَالَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : (كُلُّ أَمْرٍ ذِي بَالٍ لَا يُفْتَحُ بِذِكْرِ اللهِ فَهُوَ أَبْتَرُ - أَوْ قَالَ : أَقْطَعُ -)

Dari Abu Hurairah radhiyallāhu 'anhu berkata: Bersabda Rasūlullāh shallallāhu 'alaihi wa sallam: "Segala sesuatu yang penting (pekerjaan, perbuatan atau ibadah) yang tidak didahului dengan membaca 'Bismillāhirrahmānirrahīm' maka perbuatan itu akan terputus."

Menurut para ulama, maksud terputus adalah kurang sempurna atau kurang keberkahannya.

Oleh karena itu disunnahkan sebelum kita mandi, kita membaca "Bismillāhirrahmānirrahīm" dan dibaca diluar kamar mandi.

3. Berwudhū' terlebih dahulu (sebelum mandi besar)

عَنْ عَائِشَةَ زَوْجِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ إِذَا اغْتَسَلَ مِنْ الْجَنَابَةِ بَدَأَ فَغَسَلَ يَدَيْهِ ثُمَّ يَتَوَضَّأُ كَمَا يَتَوَضَّأُ لِلصَّلَاةِ ثُمَّ يُدْخِلُ أَصَابِعَهُ فِي الْمَاءِ فَيُخَلِّلُ بِهَا أُصُولَ شَعَرِهِ ثُمَّ يَصُبُّ عَلَى رَأْسِهِ ثَلَاثَ غُرَفٍ بِيَدَيْهِ ثُمَّ يُفِيضُ الْمَاءَ عَلَى جِلْدِهِ كُلِّهِ.

Dari 'Āisyah radhiyallāhu 'anhā: "Bahwasanya Nabi shallallāhu 'alaihi wa sallam apabila Beliau mandi janabah maka memulai dengan membasuh kedua tangan Beliau kemudian berwudhū' seperti wudhū' untuk shalat kemudian memasukkan jari-jari ke air lalu menggosokkan ke pangkal rambut (kulit kepala) kemudian menyiramkan 3x siraman ke kepala dengan kedua tangannya kemudian menyiramkan air ke seluruh tubuh Beliau." (Hadits shahīh HR. Bukhari dan Muslim)

3. Menggosokkan tangan ke seluruh badan.

Adapun madzhab Malikiyyah mengatakan hal ini adalah wajib. Namun yang benar adalah sunnah karena asalnya ketika air sudah sampai dipermukaan tubuh adalah cukup.

Namun kalau kita gosokkan atau diberi sabun maka akan sampai air ke seluruh tubuh dan kita tahu bahwasanya wajibnya mandi adalah membasahi seluruh tubuh dan kulit.

4. Al-muwālāt (terus menerus/tidak berhenti)

Ketika mandi, mulai dari berwudhū', menyiram kepala, membasuh bagian kanan lalu kiri sampai selesai itu semua dilakukan terus menerus, tidak boleh berhenti untuk melakukan pekerjaan lain sehingga air itu kering.

Tapi jika hanya berhenti sebentar (misal menghidupkan kran air/mesin pompa yang ada diluar kamar mandi, menimba air) dalam waktu yang tidak terlalu lama maka tidak mengapa.

Sama halnya dalam berwudhū' bahwa kita harus muwālāt.

5. Mendahulukan membasuh anggota tubuh sebelah kanan, kemudian (setelah itu) bagian sebelah kiri.

عنْ عائشةَ رَضِيَ اللَّهُ عنهَا قَالتْ: ((كانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يُعْجِبُهُ التَّيَمُّنُ فِيْ أَمْرِهِ كُلِّهِ و فٍيْ طَطَهُّرِهِ).

Dari 'Āisyah radhiyallāhu 'anhā berkata: Bahwasanya Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam menyukai untuk mendahulukan yang kanan dari yang kiri dalam setiap urusan Beliau dan juga dalam bersucinya."

Ketika ada anggota tubuh yang berpasangan, baik dalam berpakaian, berwudhū' bahkan dalam hal menyisir, Beliau mendahulukan yang kanan dan begitu juga dalam hal mandi

Maksud "mendahulukan yang kanan" adalah mendahulukan bagian tubuh sebelah kanan Beliau baik bagian depan maupun bagian belakangnya.

Sebagaimana hadits yang diriwayatkan dari 'Āisyah radhiyallāhu 'anhā,

عنْ عائشةَ رَضِيَ اللَّهُ عنهَا قَالتْ: ((كانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يُعْجِبُهُ التَّيَمُّنُ في تَنَعُّلِهِ، وَتَرَجُّلِهِ، وَطُهُورِهِ، وَفي شَأْنِهِ كُلِّهِ)).

"Bahwasanya Rasūlullāh shallallāhu 'alaihi wa sallam senang untuk mendahulukan yang sebelah kanan, baik ketika memakai sandal, menyisir, bersuci dan di seluruh urusan Beliau."

Sebenarnya masih banyak hal-hal yang sunnah dalam mandi tetapi disebutkan oleh para ulama dalam buku-buku dan keterangan yang luas, insyā Allāh akan kita bahas pada pembahasan berikutnya.

الله أعلم بالصواب
وصلى الله على نبينا محمد و الى آله و صحبه أجمعين

--------------------------
Ust. Abu Ziyad Eko Haryanto M.A,

0 comments:

Post a Comment